Selasa 15 Nov 2022 19:55 WIB

Fintech Syariah Dinilai Bisa Jadi Alternatif Investasi di Kondisi Krisis

Fintech syariah diharapkan bisa tetap menjadi katalisator.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Muhammad Hafil
 Fintech Syariah Dinilai Bisa Jadi Alternatif Investasi di Kondisi Krisis. Foto: Fintech (ilustrasi)
Foto: Republika
Fintech Syariah Dinilai Bisa Jadi Alternatif Investasi di Kondisi Krisis. Foto: Fintech (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Fintech syariah dapat menjadi alternatif dan solusi investasi di tengah kondisi ketidakpastian yang membayangi perekonomian global. Dewan Pembina Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), Adiwarman Azwar Karim menyampaikan tahun 2023 masih akan diliputi oleh ketidakpastian.

"Ini tantangan kita, bagaimana caranya mengelola ekonomi kita, usaha kita, agar di tengah tantangan yang tidak bisa dihindari itu, kita bisa manage dengan baik," katanya dalam Webinar Fintech Syariah Alternatif Investasi Masa Kini, Selasa (15/11/2022).

Baca Juga

Tantangan 2023 mendatang mayoritas datang dari eksternal. Mulai dari perlambatan ekonomi, stagflasi, inflasi, resesi, perang Rusia-Ukraina yang masih belum juga usai, kenaikan suku bunga, hingga nilai tukar yang semuanya saling terhubung.

Adiwarman menekankan bahwa peran investor ritel sangat penting di tengah kondisi saat ini. Hal ini karena investasi asing berpotensi keluar dari dalam negeri karena tren kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.

Suku bunga naik menyebabkan dolar AS pun semakin kuat hingga mencapai fase super strong. Kenaikan suku bunga The Fed tersebut dipicu oleh inflasi yang sangat tinggi karena permintaan masing tinggi di tengah disrupsi pasokan.

"Saat Covid-19 pemerintah AS gelontorkan program sosial besar-besaran, Covid selesai demand-nya naik, barang tidak ada, harganya jadi naik," katanya.

The Fed menaikan suku bunga, dolar AS di seluruh dunia pun kembali ke AS membuat nilainya jadi super kuat. Untuk menahan dana asing dari Indonesia, Bank Indonesia pun menaikan suku bunga acuannya.

Hal tersebut berdampak pada perbankan yang harus menaikan suku bunga kredit dan depositonya juga, termasuk di bank syariah. Ia menyinggung bank syariah yang harus menaikan ujrohnya karena penyesuaian tersebut, di tengah masa awal pemulihan ekonomi nasional.

Adiwarman mengatakan, ini tantangan yang dihadapi di dalam negeri. Fintech syariah diharapkan bisa tetap menjadi katalisator untuk terus menggerakan perekonomian dalam negeri, khususnya industri, sekaligus meningkatkan basis investor dalam negeri untuk memperkuat ketahanan pasar keuangan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement