REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apresiasi atas kemampuan Bank DKI mempertahankan tingginya kecukupan modal di tengah pandemi, membuat Bank DKI berhasil menyabet penghargaan sebagai The Strongest Big Regional Bank by Capital. Penghargaan yang diterima oleh Direktur Ritel & Syariah Bank DKI, Babay Parid Wazdi, diberikan dalam gelaran CNBC Indonesia Awards 2022 di Jakarta.
Babay Parid mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan ini. Baginya penghargaan ini menjadi simbol optimisme atas capaian kinerja yang diraih oleh seluruh insan perusahaan. “Apresiasi dan terima kasih kami berikan kepada nasabah, mitra kerja, maupun pemangku kepentingan yang senantiasa meletakkan kepercayaannya kepada produk dan layanan Bank DKI sehingga kami dapat terus tumbuh di tengah pandemi Covid-19," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/11/2022).
Menurut Babay Parid seiring adaptasi yang terjadi selama pandemi Covid-19, bank milik Pemprov DKI ini tetap mampu menorehkan kinerja positif. "Melalui kecukupan modal tersebut, Bank DKI dapat menyalurkan kredit namun dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian," ujarnya.
Menghadapi 2023, Bank DKI telah menyiapkan strategi transformasi di beberapa lini, yakni transformasi bisnis, transformasi IT, dan transformasi sumber daya manusia. Hal ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan bisnis perseroan. "Kita melakukan transformasi digital landing, sekarang menyalurkan kredit multiguna dan kredit micro bisa di lakukan secara online," ujarnya.
CNBC Indonesia Awards merupakan ajang penghargaan bagi pelaku di berbagai industri yang berhasil beradaptasi di tengah pandemi. Penghargaan diraih Bank DKI karena dinilai mampu mempertahankan rasio kecukupan modal yang tergolong tinggi. Rasio pengungkit Bank DKI juga dinilai yang paling sehat jika dibandingkan dengan peers yang dapat digunakan untuk mendukung strategi ekspansi perseroan.
Sekretaris Perusahaan Bank DKI, Arie Rinaldi, menyampaikan, sampai kuartal III 2022, perseroan membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 28,83 persen (yoy). Tumbuh dari semula Rp 564 miliar pada September 2021, menjadi Rp 726 miliar pada September 2022.
Bank DKI juga mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 26,82 persen, dari sebelumnya Rp 36,9 triliun menjadi Rp 46,7 triliun. Pertumbuhan kredit diikuti perbaikan kualitas aset yang ditandai penurunan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross dari 2,93 persen menjadi 1,81 persen. Adapun Loan at Risk (LAR) sebesar 13,68 persen dari sebelumnya 17,32 persen.
"Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), Bank DKI tetap mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 29,51 persen, dari semula Rp 47,1 triliun menjadi Rp 60,9 triliun," kata Arie.