Kamis 27 Oct 2022 16:33 WIB

Perusahaan Penerbangan Antisipasi Ancaman Resesi Global

Lalu lintas penumpang global baru akan kembali ke kondisi sebelum pandemi tahun depan

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi penerbangan
Ilustrasi penerbangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perusahaan penerbangan nasional akan mengantisipasi ancaman resesi global. Denon Prawiraatmadja yang kini terpilih kembali menjadi Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) 2022-2025 mengatakan seperti Annual Meeting 2021, manajemen risiko dilakukan secara terencana, komprehensif, terintegrasi, serta berkelanjutan. 

“Itu merupakan salah satu kunci sukses untuk bertahan dan berhasil menghadapi kondisi bisnis yang terganggu selama dan pasca pandemi Covid-19 maupun ketidak pastian yang ada dimasa mendatang,” kata Denon, Kamis (27/10/2022). 

Baca Juga

Denon memastikan INACA bersama-sama dengan seluruh anggota stakeholder berkomitmen dalam mendukung program pemerintah dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional. Khususnya pembenahan di sektor penerbangan dan pariwisata melalui transformasi dan penataan ekosistem usaha yang lebih baik di seluruh aspek seperti pembenahan rute dan konektivitas penerbangan, slot bandara, penentuan hub dan spoke, dan lain-lain. 

“Sebagaimana kita ketahui bersama, kedepan kita dibayangi dengan kondisi resesi global, inflasi tinngi, devaluasi kurs mata uang, kenaikan suku bunga, dan kenaikan harga bahan bakar serta energi,” katanya.

Ketua Dewan Pembina INACA yang juga merupakan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan jika dua tahun ke belakang menjadi masa survival, maka 2022 merupakan tahun recovery. Irfan mengatakan turbulensi yang dibawa oleh pandemi Covid-19 telah berlalu namun dampak dari turbulensi tersebut masih menjadi tantangan tersendiri bagi industri penerbangan untuk bangkit dan kembali pulih.

“Bahkan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan, lalu lintas penumpang global baru akan kembali ke kondisi sebelum pandemi,” ucap Irfan.  

Untuk itu, Irfan menuturkan berbagai upaya adaptif, langkah strategis, serta kolaborasi yang sinergis masih perlu terus kita lakukan untuk memastikan sustainability industri penerbangan Indonesia ke depannya. Irfan yakin semua dapat melewati masa turbulensi yang panjang dan berat. 

“kita akan menjadi semakin kuat serta memiliki daya saing dan fundamental kinerja yang lebih baik di masa-masa selanjutnya,” tutur Irfan.

Irfan juga berharap kepengurusan INACA periode berikutnya yang akan ditetapkan dalam rapat umum anggota dapat melanjutkan program-program yang telah diinisiasi oleh kepengurusan sebelumnya. Khususnya program-program utama yang membutuhkan penyelesaian seperti soal pembebasan bea masuk atau pajak impor suku cadang dan komponen pesawat, perihal konektivitas transportasi udara nasional melalui program hub and spoke dan pengaturan slot penerbangan yang berorientasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan industri, serta program-program krusial lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement