Kamis 13 Oct 2022 10:21 WIB

Rupiah Menguat ke Rp 15.343 per Dolar Usai The Fed Tahan Suku Bunga

Analis sebut ada indikasi The Fed tahan suku bunga karena pelambatan ekonomi AS

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat usai bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed), mengindikasikan peluang menahan diri untuk menaikkan suku bunga secara agresif. Rupiah pagi ini menguat 14 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp 15.343 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.357 per dolar AS.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat usai bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed), mengindikasikan peluang menahan diri untuk menaikkan suku bunga secara agresif. Rupiah pagi ini menguat 14 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp 15.343 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.357 per dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat usai bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed), mengindikasikan peluang menahan diri untuk menaikkan suku bunga secara agresif.

Rupiah pagi ini menguat 14 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp 15.343 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.357 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah mungkin masih berpeluang menguat hari ini terhadap dolar AS setelah notulen rapat bank sentral AS menunjukkan bahwa para petinggi The Fed menginginkan pengambilan keputusan pengetatan moneter mempertimbangkan risiko pelambatan ekonomi AS," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis (13/10/2022).

Menurut Ariston, hal itu memberikan kesan ke pasar bahwa The Fed mungkin akan menahan diri melakukan pengetatan moneter yang agresif dan indikasi tersebut membantu pelemahan dolar AS untuk sementara.

"Pasar masih menunggu data inflasi konsumen AS nanti malam, dimana hasil yang lebih tinggi dari proyeksi 8,1 persen bisa mendorong penguatan dolar AS lagi terhadap nilai tukar lainnya, dan sebaliknya," ujar Ariston.

Di sisi lain, lanjut Ariston, beberapa sentimen negatif terkait potensi resesi masih memberikan tekanan ke aset berisiko termasuk rupiah, seperti pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh Dana Moneter Internasional (IMF), perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut, dan inflasi global yang terus naik.

"Kondisi tersebut memberi peluang pelemahan rupiah kembali," kata Ariston.

Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru, IMF memproyeksikan ekonomi global tumbuh sebesar 3,2 persen tahun ini dan 2,7 persen pada 2023, dengan revisi turun 0,2 persen poin untuk 2023 dari perkiraan Juli.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp 15.300 per dolar AS hingga Rp 15.380 per dolar AS. Pada Rabu (12/10) lalu, rupiah ditutup menguat tipis 1 poin atau 0,01 persen ke posisi Rp 15.357 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.358 per dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement