REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi kalian yang masuk golongan sandwich generation mungkin merasakan beban yang cukup berat dalam kehidupan sehari-hari. Generasi ini adalah kelompok usia matang di kisaran 30 tahun hingga 50 tahun.
Mereka tidak hanya menanggung biaya kehidupan dari keluarga inti (istri/suami dan anak), namun juga biaya orang tua yang tak lagi produktif. Belum lagi kalau masih punya adik yang masih mengenyam pendidikan.
Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1981 oleh Dorothy A Miller, seorang Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat. Seperti roti sandwich, generasi produktif dihimpit kedua generasi yang tidak produktif, yakni anak dan orang tua. Jenis-jenis generasi sandwich juga beragam karena bisa jadi mereka menanggung biaya saudara kandung, mertua, hingga saudara lainnya.
Generasi sandwich bisa menanggung beban ini hingga tahunan bahkan belasan tahun. Namun, bukan tidak mungkin generasi sandwich malahan akan menjadi beban bagi anaknya, bila sudah pensiun atau tak lagi produktif. Penyebabnya adalah kurang mempersiapkan finansial pasca pensiun.
Lalu bagaimana cara memutus rantai generasi sandwich?
Kunci dari memutus generasi sandwich adalah mempersiapkan diri agar mandiri secara keuangan pascapensiun. Certified Financial Planner Annisa Steviani mengatakan generasi sandwich harus bisa mengubah kebiasaan untuk lebih giat menabung dan mulai investasi.
“Banyak Gen Z yang memiliki mindset dan pola pikir bahwa mereka menjadi korban dari kegagalan finansial orangtua, sehingga merasa terbebani dan direpotkan akibat hal itu. Padahal dari dulu orangtua sudah melakukan yang terbaik dengan akses informasi dan keterbatasan yang mereka punya," ucap Annisa Steviani dalam acara Indonesia Millennial & Gen-Z Summit (IMGS) dalam sesi "Generasi sandwich: The Impact and How to Handle It", pekan lalu.
Menurut Annisa, generasi milenial dan generasi Z saat ini lebih diuntungkan dengan perkembangan informasi yang jauh lebih baik dibandingkan generasi orang tua. Informasi mengenai perencanaan keuangan, produk tabungan hingga investasi, mudah didapatkan saat ini.
Untuk itu, generasi milenial dan generasi Z, harusnya memiliki perencanaan keuangan yang lebih baik. “Karena hidup tidak hanya untuk saat ini, tetapi ada masa mendatang yang tidak diketahui,” ujarnya,
Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengakui bahwa tantangan milenial adalah terjebak dalam sandwich generation. Hal ini juga sejalan dengan diskusi dan survei yang Bank Jago lakukan dengan para konsumen sejak awal tahun lalu.
“Berdasarkan hasil diskusi kami, diketahui bahwa salah satu isu besar yang mereka hadapi adalah memiliki banyak tanggungan (generasi sandwich). Sebagian besar dari mereka memiliki tantangan bagaimana harus menyeimbangkan antara mengejar mimpi & passion dengan tanggung jawab kepada keluarga,” ujarnya.
Tantangan ini direspons oleh Bank Jago dengan aktif melakukan kegiatan edukasi bersama sederet perencana keuangan dan para pakar keuangan. Tujuannya membantu nasabah dan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan finansial.
Kharim menjelaskan saat ini masyarakat akan semakin mudah dalam mengatur keuangan, menabung, hingga berinvestasi. Berkat kemajuan teknologi, hal tersebut bisa dilakukan semua hanya melalui smartphone.
Salah satunya melalui aplikasi Jago yang memiliki fitur Kantong atau pocket yang akan memudahkan nasabah dalam mengalokasi setiap uang dan mengatur pengeluaran secara mudah. Para nasabah bisa membuat hingga 40 kantong, yang bisa dikustomisasi dan dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Masing-masing kantong ini memiliki nomor rekening yang berbeda, sehingga bisa digunakan untuk menerima atau mengirimkan uang ke bank lain.
“Para generasi sandwich dapat memanfaatkan fitur kantong untuk mengalokasikan dana sesuai dengan kebutuhan mereka, termasuk untuk kebutuhan di hari depan,” ujar Kharim.
Tidak berhenti di sana, Bank Jago juga mempermudah setiap nasabah untuk melakukan investasi melalui kolaborasi dengan agen penjual reksa dana online Bibit.id. Aplikasi Jago terhubung secara seamless sehingga nasabah tidak perlu khawatir untuk top up saldo setiap membeli reksa dana di Bibit karena transaksi dilakukan dengan cara mendebet rekening Bank Jago secara otomatis.
Bank Jago juga menjalin kemitraan dengan Stockbit Sekuritas sebagai penyedia rekening dana nasabah (RDN) yang terintegrasi. Dalam kerja sama ini, nasabah Bank Jago bisa melakukan top up untuk pembelian saham secara mudah dan cepat.
“Sebagai Life Centric Finance Solution, Bank Jago terus berupaya untuk memahami kebutuhan masyarakat termasuk tantangan finansial yang seringkali dialami dalam keseharian mereka,” ujar Kharim.
Mau memutus rantai sandwich generation? Ayo rencanakan keuangan untuk kemandirian finansial mulai dari saat ini.