REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta fokus pada kawasan ASEAN jika ingin mulai membuka keran ekspor jagung pakan ke berbagai negara. Kebijakan ekspor jagung juga diharapkan petani dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Petani sekaligus penggiat jagung nasional, Dean Novel, mengatakan, Indonesia harus mengambil momentum di saat tingginya permintaan jagung dunia dan capaian surplus produksi nasional saat ini.
"Kalau mau ekspor jagung ke ASEAN, mari kita bahas agar ini menjadi bisnis jangka panjang. Bukan sebatas bisnis momentum. Bikin kontraknya, deklarasi dan muncul menjadi pemain jagung kawasan," kata Dean dalam webinar Pataka, Kamis (22/9/2022).
Ia mencatat, kebutuhan impor jagung Malaysia saat ini sekitar 2,5 juta ton, Filipina 3 juta ton, Brunei Darussalam berkisar 1,5 juta ton, dan Timor Leste 500 ribu ton. Negara-negara itu merupakan yang terdekat dari Indonesia dan bisa dimanfaatkan sebagai pasar ekspor.
"Jadikan kebijakan nasional yang mendatangkan rezeki. Sekalian saja kita jadi pemain, jangan malu-malu," katanya.
Wacana ekspor jagung telah bergulir dalam beberapa bulan terakhir karena produksi jagung nasional yang terus mencapai surplus. Terutama, untuk jagung pakan ternak.
Pemerintah membuka keran ekspor jagung untuk pakan ternak sebanyak 100 ribu ton untuk periode September-November 2022. Namun, ekspor jagung dapat dapat dilakukan dengan catatan produksi dalam negeri terpenuhi sepenuhnya.
Namun, Asisten Deputi Kementerian Koordinator Perekonomian, Saifulloh, mengatakan, pemerintah tidak memaksakan ekspor jagung harus mencapai kuota yang diberikan.
"Misal selama tiga bulan hanya mampu ekspor 25 ton, ya sudah ditutup. Kalau mau usul lagi, harus diputuskan di rakortas lagi," ujarnya.
Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, produksi jagung dalam negeri hingga November 2022 dalam kondisi aman. Surplus produksi diyakini tercapai namun tipis di atas rerata kebutuhan bulanan. Rencana ekspor jagung pakan ternak berisiko menganggu stabilitas pasokan domestik.
Direktur Serealia, Kementerian Pertanian, Ismail Wahab, menjelaskan, rerata kebutuhan bulanan jagung pakan secara nasional sekitar 800 ribu ton. Sementara, kemampuan produksi jagung nasional sejak Agustus diproyeksi sedikit di atas kebutuhan nasional.
Secara rinci, produksi jagung kadar air 14 persen pada Agustus diproyeksi sebesar 893.100 ribu ton, September 989.639 ton, Oktober 866.107 ton, dan November 872.682 ton. Angka produksi itu lebih rendah dari tren produksi periode Januari-Juli yang mencapai di atas 1 juta ton.
"Saya pikir kalau mau ekspor jangan di bulan-bulan Agustus, September, karena produksinya sehingga saya berpikir, kalau kita ekspor di bulan-bulan ini, mudah-mudahan tidak menjadi masalah," kata Ismail.