Rabu 21 Sep 2022 23:19 WIB

Kenaikan Harga BBM, ADB Proyeksi Laju Inflasi Indonesia Melonjak 4,6 persen 

ADB memproyeksikan lonjakan laju inflasi terjadi pada September hingga November

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) menyebut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) memicu laju inflasi Indonesia melonjak pada tahun ini. Adapun perkiraan ADB laju inflasi Indonesia sebesar 4,6 persen pada tahun ini atau naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 persen.
Foto: istimewa
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) menyebut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) memicu laju inflasi Indonesia melonjak pada tahun ini. Adapun perkiraan ADB laju inflasi Indonesia sebesar 4,6 persen pada tahun ini atau naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) menyebut kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) memicu laju inflasi Indonesia melonjak pada tahun ini. Adapun perkiraan ADB laju inflasi Indonesia sebesar 4,6 persen pada tahun ini atau naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,6 persen.

Ekonom Senior ADB untuk Indonesia Henry Ma mengatakan lonjakan laju inflasi akan terjadi pada September hingga November 2022. “Terjadi kenaikan harga BBM pada September. Hal ini akan menyebabkan lonjakan tingkat harga pada September, Oktober dan November sehingga inflasi setahun penuh akan menjadi sekitar 4,6 persen,” ujarnya dalam keterangan tulis, Rabu (21/9/2022).

Henry juga mengingatkan laju inflasi masih akan tinggi sampai semester I 2023. Adapun perkiraan ADB sebesar 5,5 persen sampai enam persen persen akibat faktor yang sama pada 2022. 

Tak hanya karena kenaikan harga BBM dan komoditas, laju inflasi tinggi sepanjang semester I 2023 juga diakibatkan oleh basis inflasi yang rendah pada periode sama tahun sebelumnya. Menurutnya, laju inflasi Indonesia sepanjang semester I 2022 masih cukup moderat dan rendah, sehingga ini menjadi base year effect terhadap inflasi pada semester I tahun berikutnya.

 

Meski demikian, Henry menyebut inflasi akan kembali melandai pada semester II 2023 pada kisaran 3,8 persen, sehingga sepanjang tahun depan inflasi diperkirakan sebesar 5,1 persen.

“Inflasi diperkirakan rata-rata 5,1 persen pada 2023 yang naik dari proyeksi sebelumnya tiga persen,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement