Rabu 14 Sep 2022 19:18 WIB

Dirut PLN: 69,4 Juta Pelanggan Listrik Konsumsi Elpiji Subsidi

Golongan pelanggan 450 VA yang tercatat di DTKS ada 9,6 juta.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja menyusun tabung gas elpiji subsidi tiga kilogram di salah satu agen (ilustrasi). Saat ini 69,4 juta pelanggan PLN yang mengkonsumsi elpiji bersubsidi.
Foto: Prayogi/Republika
Pekerja menyusun tabung gas elpiji subsidi tiga kilogram di salah satu agen (ilustrasi). Saat ini 69,4 juta pelanggan PLN yang mengkonsumsi elpiji bersubsidi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Darmawan Prasodjo menjelaskan saat ini 69,4 juta pelanggan PLN yang mengkonsumsi elpiji bersubsidi. Data ini didapat dari hasil verifikasi yang dilakukan PLN untuk menjalankan program konversi kompor elpiji ke kompor induksi.

Ia merinci, golongan pelanggan 450 VA yang tercatat di DTKS ada 9,6 juta. 99,99 persen dari para pelanggan ini semuanya mengkonsumsi elpiji tiga kilogram. Selain itu, pelanggan 450 VA non DTKS ada 14,8 juta yang juga memakai elpiji tiga kilogram.

Baca Juga

Begitu juga dengan pelanggan 900 VA yang masuk kategori keluarga miskin DTKS sebesar 8,4 juta 100 persen juga masih menggunakan kompor LPG. ntuk pelanggan yang non subsidi golongan 900 VA non DTKS jumlahnya sekitar 24,5 juta pelanggan dimana hampir 100 persen menggunakan kmpr LPG 3 kg.

Kemudian pelanggan non subsidi di atas 900 VA yaitu 1.300 VA dan 2.200 VA ternyata juga ikut menikmati subsidi LPG 3 kg. Di mana yang 1.300 VA adalah 12,6 juta pelanggan itu ternyata sekitar 75 persen nya adalah pengguna LPG 3 kg. Jadi dari 12,6 juta sekitar 9,5 juta pengguna LPG 3 kg. Demikian pelanggan golongan 2.200 VA ada 3,7 juta dimana 2,8 jutanya pengguna LPG 3 kg.

"Untuk itulah jumlah pelanggan rumah tangga PLN yang pengguna LPG 3 kg adalah sejumlah 69,5 juta pelanggan. Jumlah tersebut belum masuk pada pelanggan yaitu UMKM yang kami uga tengarai menggunakan LPG 3kg," ungkap Darmawan.

Menurut Darmawan dengan menggunakan data yanh telah didapatkan PLN maka penyaluran subsidi energi bisa lebih tepat sasaran, ketimbang menyalurkannya ke barang seperti yang selama ini sudah berlangsung. "Kami melihat, bahwa dengan data konsumen ini. Subsidi energi ini bisa kami identifikasi by name by adress dan pola konsumsi energinya per bulan," ungkap Darmawan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement