Rabu 31 Aug 2022 05:25 WIB

Pengusaha Ingin Insentif Usaha Berlanjut untuk Antisipasi Krisis Global

Wakil Ketum Apindo minta pemerintah lanjutkan insentif pengusaha antisipasi krisis

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pekerja mengemas produk minuman olahan jahe merah di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (8/8/2022). Pengusaha minuman jahe merah tersebut menyatakan saat ini produksinya hanya sekitar 10 ribu toples per bulan atau menurun drastis dibandingkan pada awal pandemi COVID-19 yang bisa mencapai 600 ribu toples per bulan.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Pekerja mengemas produk minuman olahan jahe merah di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (8/8/2022). Pengusaha minuman jahe merah tersebut menyatakan saat ini produksinya hanya sekitar 10 ribu toples per bulan atau menurun drastis dibandingkan pada awal pandemi COVID-19 yang bisa mencapai 600 ribu toples per bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaya Kamdani menginginkan insentif yang diberikan pemerintah kepada pengusaha sebagai dampak Covid-19 terus berlanjut untuk mengantisipasi krisis global.

"Memang saat Covid-19 banyak insentif yang hubungannya dengan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), terutama ini kan kemudian tidak ditarik. Nah, itu yang kemudian kita minta diperhatikan," kata Shinta saat menghadiri Rapat Kerja Koordinasi Nasional Apindo ke-32 di Jakarta, Selasa (30/8/2022).

Baca Juga

Ia memaparkan beberapa insentif yang diberikan pemerintah dapat dilanjutkan, misalnya yang berhubungan dengan relaksasi perbankan. "Terutama untuk sektor yang terkena dampak, contohnya seperti sektor pariwisata, perhotelan, akomodasi, itu masih sangat riskan. Jadi, tidak bisa dianggap Covid-19 sudah selesai terus mereka selesai," ujarnya.

Adapun insentif yang dimaksud adalah yang bersifat fiskal yakni terkait perpajakan hingga insentif nonfiskal untuk kemudahan usaha. Selain itu, Shinta juga mengatakan tugas Indonesia untuk menarik investasi sebesar-besarnya masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu direalisasikan secara konsisten agar tahan dari badai krisis global.

"Untuk itu, G20 dan B20 bisa dijadikan momentum untuk kita mendorong Indonesia bisa mempersiapkan proyek-proyek untuk menarik investasi. Dengan investasi, Indonesia bisa mengembangkan kembali ekonominya," ujarnya.

Dari sisi ekspor, yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi krisis global adalah melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor sehingga tidak hanya fokus pada negara-negara tradisional. "Kita tidak bisa tergantung pada negara-negara tradisional saja. Kita harus diversifikasi," ujar Shinta.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah hilirisasi sebagaimana dikatakan Presiden Joko Widodo sebagai kunci ketahanan ekonomi. Menurut Shinta, komoditas ekspor Indonesia tidak boleh lagi bergantung pada komoditas tanpa nilai tambah, sehingga hilirisasi dapat digenjot. Ia menambahkan hal yang tidak kalah penting adalah pembangunan keahlian sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung pemulihan dan menciptakan ketahanan ekonomi nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement