Kamis 25 Aug 2022 22:10 WIB

OJK: Ekonomi Daerah Jadi Kekuatan Hadapi Tantangan Global

OJK menyebut konsumsi dalam negeri berasal dari kekuatan ekonomi daerah

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (kiri). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut perekonomian setiap daerah di Indonesia perlu diperkuat untuk menghadapi tantangan perekonomian global. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan saat ini sektor keuangan Indonesia cukup stabil di tengah terhambatnya rantai pasok global akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Foto: Prayogi/Republika.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar (kiri). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut perekonomian setiap daerah di Indonesia perlu diperkuat untuk menghadapi tantangan perekonomian global. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan saat ini sektor keuangan Indonesia cukup stabil di tengah terhambatnya rantai pasok global akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut perekonomian setiap daerah di Indonesia perlu diperkuat untuk menghadapi tantangan perekonomian global. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan saat ini sektor keuangan Indonesia cukup stabil di tengah terhambatnya rantai pasok global akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

“Kekuatan Indonesia menghadapi badai dunia adalah apa yang disebut konsumsi dalam negeri, artinya dalam penjabarannya adalah kekuatan ekonomi di daerah, di seluruh dan masing-masing daerah di provinsi, kabupaten, kota,” ujarnya saat webinar, Rabu (24/8/2022).

Menurutnya pengawasan kantor OJK setiap regional pun akan dipindah menjadi tanggung jawab ketua dewan komisioner, setelah sebelumnya berada di bawah komisioner eksekutif perbankan.

“Karena pendekatannya bukan lagi terkait pengawasan perbankan semata, tetapi juga pengawasan pelayanan, mobilisasi, dan fasilitasi baik sektor perbankan, pasar modal, industri keuangan non-bank, dan masyarakat yang belum bankable sehingga ditarik ke bawah ketua untuk mewujudkan pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif,” ucapnya.

Di samping itu, Mahendra menyebut nilai restrukturisasi kredit perbankan juga telah berkurang tajam dibandingkan 2021 dan 2020 saat pandemi Covid-19 masih menyebar, kecuali beberapa sektor seperti akomodasi, makanan minuman, dan transportasi di beberapa daerah.

“Dan itu tidak terjadi secara menyeluruh, tapi hanya di satu dua daerah tertentu. Ini yang harus dikapitalisasi. Kekuatan yang secara menyeluruh makin baik menjaga mana sektor yang cukup rentan dan menguatkan pijakan ke depan,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement