Jumat 26 Aug 2022 03:55 WIB

Isyarat dari OPEC+ Picu Kenaikan Harga Minyak

Kenaikan harga minyak meningkatkan kekhawatiran mengetatnya pasokan di pasar

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Trend harga minyak dan gas dunia yang tengah tinggi meningkatkan kekhawatiran mengetatnya pasokan di pasar saat ekspor dari Rusia masih terganggu.
Foto: istimewa
Trend harga minyak dan gas dunia yang tengah tinggi meningkatkan kekhawatiran mengetatnya pasokan di pasar saat ekspor dari Rusia masih terganggu.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kenaikan harga minyak pada Kamis (25/8/2022) meningkatkan kekhawatiran mengetatnya pasokan di pasar saat ekspor dari Rusia masih terganggu. Produsen minyak besar berpotensi memotong produksi sementara kilang minyak besar di Amerika Serikat (AS) juga sedang ditutup.

Pada pukul 06.30 waktu GMT harga minyak mentah Brent naik 45 sen atau 0,4 persen menjadi 101.67 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah U.S. West Texas Intermediate naik 32 sen atau 0,3 persen menjadi 95.21 dolar AS per barel.

Pada Rabu (24/8/2022) kemarin kontrak dua jenis minyak itu mencapai angka tertingginya dalam tiga pekan terakhir. Setelah Menteri Energi Arab Saudi memberi isyarat kemungkinan negara-negara produsen minyak dan sekutu-sekutunya yang dikenal OPEC+ akan memotong produksi untuk mendukung harga.

"Harga minyak mentah Brent rebound di atas 100 dolar per barel usai pejabat Arab Saudi menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan harga melalui pemotongan produksi OPEC+ bila diperlukan," kata pengamat Citi dalam catatannya.

Pembicaraan kesepakatan program nuklir Iran masih mengalami kebuntuan. Sehingga ekspor minyak dari Iran juga masih dipertanyakan.

Perundingan antara Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Iran untuk mengaktifkan kembali perundingan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) masih berjalan. Iran mengatakan telah menerima respon dari AS pada teks "final" Uni Eropa untuk memulai kembali JCPOA.

Analis dari ANZ  Daniel Hynes dan Soni Kumari mengatakan kesepakatan JCPOA akan berdampak pada sentimen pasar dan harga turun dalam jangka pendek. Sebab kesepakatan itu meningkatkan prospek masuknya 1 juta barel minyak Iran per hari ke pasar.

"Namun pasar akan tetap ketat sebab kesepakatan itu tidak akan memenuhi kekosongan pasokan dari Rusia dan pemulihan permintaan yang sedang terjadi," kata mereka.

Sementara itu perusahaan minyak Inggris, BP mengatakan mereka menutup sejumlah unitnya di kilang minyak Whiting di Indiana, Amerika Serikat. Kilang yang memproduksi 430 ribu barel per hari itu mengalami kebakaran listrik.

Dalam pernyataan tertulis perusahaan itu mengatakan api telah berhasil dipadamkan dan sedang menimbang kapan unit-unit yang terdampak dapat mulai beroperasi kembali. Turunnya pasokan dan produksi minyak mentah AS juga berdampak pada harga.

Selama satu pekan sampai 19 Agustus persediaan minyak menjadi menjadi 421,7 juta barel, turun 3,3 juta barel. Lebih curam dibandingkan prediksi para analis dalam jajak pendapat Reuters, prediksi para pengamat hanya sekitar 933.000 barel.

Kenaikan harga ini diimbangi dengan tidak terlalu banyak pasokan bensin yang berkurang, menandai tidak ada lonjakan permintaan.

Persedian bensin AS hanya turun 27 ribu barel dalam satu pekan menjadi 215.6 juta barel. Jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebanyak 1,5 juta barel.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement