Senin 08 Aug 2022 10:26 WIB

Gubernur Ganjar Akui Pertanian Bantalan Ekonomi Selama Pandemi

Selama tiga tahun terakhir sektor pertanian merupakan bantalan ekonomi

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (berpeci) saat turun ke sawah ikut menanam padi metode Jajar Legowo, di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Senin (22/10).  Selama tiga tahun terakhir sektor pertanian merupakan bantalan ekonomi. Ilustrasi.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (berpeci) saat turun ke sawah ikut menanam padi metode Jajar Legowo, di Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Senin (22/10). Selama tiga tahun terakhir sektor pertanian merupakan bantalan ekonomi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui tingginya kontribusi pertanian Indonesia d isaat pandemi. Menurutnya, pertanian terbukti mampu menjadi bantalan ekonomi serta menjaga laju inflasi akibat berbagai krisis global yang terus membayangi. Karena itu, kata Ganjar, Indonesia memiliki titik cerah yang lebih baik apabila sektor pertaniannya dijaga bersama. 

"Infrastruktur masih tinggi menyuplai pertumbuhan. Namun sektor pertanian juga tinggi, saya senang. Alhamdulillah nilai tukar petani kita bagus dan mudah-mudahan ini menjadi kabar baik bagi kita semua," katanya.

Baca Juga

Menurut Ganjar, sektor-sektor yang sudah menyuplai pertumbuhan ekonomi dengan baik harus diberikan pendampingan dan perhatian, terutama untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah terpaan pandemi yang belum kunjung usai. "Presiden kemarin bilang, tahun ini kita siap-siap. Ingat, tahun depan belum tentu baik," ungkap Ganjar.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah pada kuartal I 2022 tercatat mencapai 5,12 persen dan pada kuartal II 2022 dapat didongkrak menjadi 5,66 persen. Sementara pada periode yang sama, pertumbuhan ekonomi nasional mencatat 5,01 pada kuartal I dan 5,44 persen pada kuartal II.

Terpisah, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian selama tiga tahun terakhir merupakan bantalan ekonomi yang tumbuh positif di saat sektor lainya mengalami pelambatan. Menurutnya, hal itu terjadi karena pertanian adalah pilihan pasti dalam memperkuat ekonomi.

"Kita ingat bahwa semua negara mengalami trubulensi yang sama, di mana pandemi merebak ke seluruh dunia. Kita tahu perubahan cuaca atau climate change membuat cuaca berubah. Belum lagi kita menghadapi geopolitik perang Rusia dan Ukraina. Namun yang pasti, pertanian hadir dan menjadi bantalan ekonomi," katanya.

Mentan mengatakan Indonesia bahkan termasuk negara yang sangat kecil mengalami kemungkinanya resesi karena angkanya hanya tiga persen. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Sri Lanka yang berpeluang resesi sebesar 85 persen atau Selandia Baru 33 persen.

"Saya melihat inflasi di sejumlah negara terus mengalami kenaikan. Di Uni Eropa mencapai 9,6 persen, Amerika 9,1 persen, Inggris, 8,2 persen, Korea 6,1 persen. Namun di Indonesia, alhamdulillah masih terjaga di angka 4,4 persen," jelasnya.

Perlu diketahui, produksi beras nasional pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat di tahun 2020 menjadi 31,36 juta ton dan di tahun 2021 sebesar 31,33 juta ton. Di sisi lain, ekspor pertanian dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan yang diikuti kenaikan NTP maupun NTUP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement