REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sehari setelah menggelar forum bisnis dengan sektor bisnis dan pemerintah Jepang, delegasi B20 Indonesia serta KADIN Indonesia melanjutkan lawatan ke Korea Selatan. Kunjungan ini merupakan lanjutan dari misi promosi Presidensi B20-G20 Indonesia sekaligus menjalin kemitraan ekonomi dan kerja sama bisnis dengan investor dari Korea Selatan.
Pada lawatan yang berlangsung Kamis (28/7/2022), delegasi B20 dan KADIN Indonesia melakukan pertemuan penting yang difasilitasi oleh KBRI Korea Selatan Pertemuan bisnis ini membahas peluang kemitraan ekonomi, investasi dan perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan.
Dari pihak Korea Selatan pertemuan dihadiri Ahn Duk Geun selaku Menteri Perdagangan, Industri dan Energi, perwakilan sejumlah sektor bisnis, representatif Korean Chamber of Commerce and Industry (KCCI) , perwakilan Federation of Korean Industries (FKI), Korea Institute for Industrial Economics and Trade (KIET), hingga Korea International Trade Association (KITA).
Sedangkan delegasi Indonesia dihadiri Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani dan Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid, pertemuan ini juga dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, WKU Bidang Hubungan Internasional KADIN Indonesia Bernardino Vega, Ketua Bidang Hubungan Bilateral untuk Korea Selatan KADIN Indonesia Purbaja Pantja, dan Digitalization Task Force Policy Manager Hans Lukiman.
Korea Selatan memiliki peranan strategis sebagai mitra kerja sama investasi sekaligus mitra dagang Indonesia. Realisasi investasi Korea Selatan di Indonesia terus meningkat, dari angka 1,2 miliar dolar AS di tahun 2019 menjadi 1,84 miliar dolar AS di tahun berikutnya. Korea Selatan juga merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ke-8.
Di tahun 2021 kemarin, Korea Selatan menunjukkan keseriusan dalam investasi energi baru dan terbarukan dengan menjadi investor terbesar ke-3 Indonesia untuk joint venture battery project. Hal ini menjadikan Korea Selatan, yang merupakan salah satu anggota G20, memiliki potensi untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi global melalui kerjasama bilateral dengan Indonesia, juga percepatan transisi energi dan mitigasi climate change yang menjadi salah satu agenda prioritas Presidensi B20 Indonesia.
Selain menyampaikan rekomendasi kebijakan yang dirumuskan oleh Task Force dan Action Council dari B20 Indonesia, delegasi B20 juga melakukan sosialisasi B20 Summit yang akan diselenggarakan November mendatang di Bali. B20 Indonesia juga menghasilkan dua legacy program yaitu The Carbon Center of Excellence sebagai navigasi isu perdagangan karbon melalui pusat pengetahuan dan pusat berbagi praktik terbaik. Legacy lainnya adalah B20 Wiki, platform yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas UMKM untuk melakukan penetrasi pasar ke rantai pasokan global.
"Saya optimis platform The Carbon Center of Excellence dapat menjadi suatu solusi yang saling menguntungkan bagi peluang investasi Indonesia dan Korea Selatan. Misalnya, SK Group baru-baru ini menyatakan ketertarikan investasi sebesar $100 juta untuk mendorong dekarbonisasi di kawasan Asia. Oleh karena itu, kami ingin mengundang para pelaku bisnis Korea Selatan, untuk mendukung dan bergabung dalam upaya dan implementasi platform tersebut guna mencapai tujuan bersama yaitu transisi menuju net zero emission," kata Shinta.
Tiga Sektor Prioritas untuk Dorong Pemulihan Ekonomi
Terdapat tiga isu atau sektor prioritas yang menjadi peluang kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan yang sejalan dengan agenda Presidensi G20-B20. Pertama, transisi energi berkelanjutan, mengingat Korea Selatan merupakan salah satu negara di Asia yang telah mengambil langkah maju dalam pembangunan infrastruktur energi bersih, baru dan terbarukan melalui pemanfaatan teknologi hijau dalam efisiensi konsumsi energi untuk pengurangan emisi rumah kaca.
Pemerintah Korea Selatan juga mengembangkan alternatif baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui green technology dan energi terbarukan. Sedangkan Indonesia yang telah memiliki komitmen Net Zero Emission, didukung oleh potensi sumber daya terbarukan sebesar 400 GW, baru memanfaatkan sebesar 10 GW saja. Dengan demikian, peluang kerjasama potensial antara dua negara akan mengakselerasi percepatan pertumbuhan green economy di kedua negara.
Kedua, potensi kerjasama kendaraan listrik melalui upaya percepatan proliferasi kendaraan listrik. Korea Selatan telah berinvestasi untuk pengembangan electric vehicle melalui perusahaan Hyundai di Indonesia. Ini menjadi peluang Indonesia dalammengembangkan ekosistem end-to end, dari mulai produksi, baterai grade nikel hingga pembangunan infrastruktur pengisian daya.
Ketiga, sektor digital untuk mendorong percepatan penggunaan teknologi dan digitalisasi oleh UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Melalui kerjasama transfer teknologi serta investasi infrastruktur konektivitas bersama Korea Selatan, peluang UMKM Indonesia untuk masuk pasar Korea Selatan juga akan terbuka lebih besar.
KADIN Dorong Peningkatan Kerjasama Ekonomi Dua Negara
Sebagai penyelenggara Presidensi B20, KADIN mendorong potensi kerjasama dengan pelaku usaha Korea Selatan. Tak hanya memaparkan potensi ekonomi dan peluang investasi yang selaras dengan legacy yang dihasilkan oleh Presidensi B20 Indonesia, tetapi juga memaparkan faktor pendukung kemudahan investasi Indonesia.
"Hubungan kemitraan & kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan sudah lama terjalin dengan baik. Hal tersebut didukung oleh perjanjian ekonomi bilateral Indonesia - Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang diharapkan dapat selesai pada Agustus 2022. Indonesia juga terus berupaya untuk meningkatkan iklim investasi dan kemudahan berusaha di Indonesia melalui pengesahan UU Cipta Kerja," ujar Arsjad.
Penandatanganan IK-CEPA yang diperkuat dengan Omnibus Law, telah menghasilkan peningkatan signifikan sebesar hampir 40 persen bagi perdagangan kedua negara hingga menyentuh angka 18,4 miliar dolar AS pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya, serta ditargetkan untuk mencapai 20 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Arsjad mengatakan, Presidensi B20-G20 Indonesia berkomitmen mendorong penerapan prinsip perdagangan multilateral yang terbuka, adil, dan menguntungkan semua pihak. Lebih penting lagi, hal ini memberikan harapan dan optimisme baru bagi pemulihan ekonomi yang inklusif pasca pandemi di kawasan Asia.