REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kantor pusat Uni Eropa pada Rabu (20/7/2022) mengusulkan agar negara-negara anggota memangkas penggunaan gas mereka sebesar 15 persen selama beberapa bulan mendatang. Itu lantaran Eropa harus bersiap untuk kemungkinan pemutusan pasokan gas alam Rusia secara penuh yang dapat menambah dingin kawasan Eropa beberapa waktu mendatang.
Dikutip dari AP, Kamis (21/7/2022), sementara ini pemotongan gas akan bersifat sukarela. Komisi Eropa pun meminta dukungan kuat untuk memberlakukan pengurangan wajib di seluruh blok jika terjadi keadaan darurat di seluruh Uni Eropa.
Presiden Komisi Ursula von der Leyen menilai situasi ini sebagai upaya yang disengaja oleh Presiden Vladimir Putin untuk mempersenjatai ekspor gas.
“Rusia memeras kami. Rusia menggunakan energi sebagai senjata. Dan oleh karena itu, dalam hal apa pun, apakah itu penghentian sebagian besar gas Rusia atau penghentian total gas Rusia, Eropa harus siap,” kata von der Leyen.
Negara-negara anggota UE akan membahas langkah-langkah tersebut pada pertemuan darurat para menteri energi Selasa depan. Agar mereka disetujui, ibu kota negara harus mempertimbangkan untuk menyerahkan sebagian kekuasaan mereka atas kebijakan energi ke Brussel.
“Kita harus proaktif. Kita harus bersiap untuk potensi gangguan penuh terhadap gas Rusia. Dan ini adalah skenario yang mungkin. Itulah yang telah kita lihat di masa lalu,” kata von der Leyen.
Ia menambahkan, Gazprom yang dikendalikan Kremlin menunjukkan sedikit minat pada kekuatan pasar dan malah memainkan permainan politik untuk mencekik Eropa.