Rabu 13 Jul 2022 20:22 WIB

Sejumlah Negara Terancam Bangkrut, Apa yang Perlu Dilakukan Indonesia?

Indonesia perlu ambil langkah antisipatif hadapi krisis ekonomi global

Krisis Sri Lanka mengancam negara ini jatuh dalam kebangkrutan (Ilustrasi). Indonesia perlu ambil langkah antisipatif hadapi krisis ekonomi global
Foto: EPA-EFE/CHAMILA KARUNARATHNE
Krisis Sri Lanka mengancam negara ini jatuh dalam kebangkrutan (Ilustrasi). Indonesia perlu ambil langkah antisipatif hadapi krisis ekonomi global

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sejumlah langkah antisipasi harus segera dilakukan, agar Indonesia mampu mengatasi berbagai dampak krisis global, melalui pemanfaatan berbagai peluang yang kita miliki.  

"Langkah antisipasi terhadap krisis harus segera disiapkan. Dalam jangka panjang mengandalkan sumber daya alam saja tentu bukan sebuah solusi, sumber daya manusia mesti disiapkan untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, dalam keterangan tertulisnya pada diskusi daring bertema Mengurai Ancaman Krisis Lanjutan Pascapandemi yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (13/7/2022).   

Baca Juga

Menurut Lestari, mengurai sejumlah potensi ancaman krisis harus dimaknai sebagai upaya untuk berpikir futuristik dan adaptif.  

Artinya, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, kita menyelisik potensi sumber daya yang dimiliki sekaligus menyesuaikan dengan tren, sembari mengantisipasi ancaman yang mungkin terjadi. 

Menurut Rerie, berbagai krisis memberi pembelajaran penting untuk kembali menata aspek ekonomi, politik, budaya, sosial dan pertahanan keamanan yang kita miliki.  

Penataan, jelas anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, bisa dimulai dari pemulihan sektor potensial seperti sektor ekonomi untuk ketahanan negara dan sektor politik untuk stabilitas keamanan.  

"Pandemi yang berdampak pada hampir semua sektor kehidupan menuntut adaptasi dan inovasi di berbagai bidang," ujar Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu. 

CEO SAIAC, Shanti Shamdasani, mengaku tidak mengira dampak krisis separah ini, hingga menyebabkan sejumlah negara bangkrut.  

Menurut Shanti, penyebab kebrangkutan sejumlah negara saat ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini krisis global didorong oleh gelembung utang sejumlah negara.  

"Gelembung utang sejumlah bisnis dan negara memicu krisis finansial dunia. Negara mana lagi yang akan terdampak? Bisa dilihat dari besarnya utang negara yang bersangkutan," ujarnya. 

Langkah yang bisa mendorong ekonomi tumbuh saat ini, ujar Shanti, adalah pengembangan bisnis domestik yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Upaya ini, jelas Shanti, bisa jadi penyelamat kita dari krisis.

Langkah lain, tambah Shanti, adalah dengan tidak menambah utang. Shanti bersyukur dengan utang Indonesia yang saat ini menyusut. 

Baca juga: Bukti-Bukti Meyakinkan Mualaf Gladys Islam adalah Agama yang Paling Benar

Staf Ahli Menteri PPN/Bappenas Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Vivi Yulaswati, mengungkapkan kondisi dunia saat ini masih dipengaruhi kenaikan harga pangan dan energi yang tinggi.  

Akibatnya, ujar Vivi, terjadi peningkatan food insecurity di sejumlah negara akibat konflik, ketidakamanan dan cuaca ekstrem.  

Menurut Vivi, ketahanan pangan Indonesia relatif baik dengan catatan harus didukung ketersediaan air yang cukup, terutama di Indonesia Timur.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement