Rabu 15 Jun 2022 14:57 WIB

Nilai Ekspor Turun Drastis, Surplus Neraca Dagang Anjlok

Ekspor Mei turun drastis imbas dari larangan ekspor sementara CPO dan turunannya

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit. Neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang Mei 2022 kembali mencatatkan surplus untuk yang ke-25 kali secara beruntun. Namun, angka surplus yang diperoleh anjlok. Turunnya neraca dagang dipicu oleh penurunan nilai ekspor imbas larangan ekspor sementara minyak sawit atau CPO pada bulan lalu.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit. Neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang Mei 2022 kembali mencatatkan surplus untuk yang ke-25 kali secara beruntun. Namun, angka surplus yang diperoleh anjlok. Turunnya neraca dagang dipicu oleh penurunan nilai ekspor imbas larangan ekspor sementara minyak sawit atau CPO pada bulan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang Mei 2022 kembali mencatatkan surplus untuk yang ke-25 kali secara beruntun. Namun, angka surplus yang diperoleh anjlok. Turunnya neraca dagang dipicu oleh penurunan nilai ekspor imbas larangan ekspor sementara minyak sawit atau CPO pada bulan lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat surplus dagang pada Mei 2022 mencapai 2,9 miliar dolar AS. Jauh lebih kecil, dari capaian surplus bulan April lalu yang tembus 7,56 miliar dolar AS yang sekaligus terbesar sepanjang sejarah.

Baca Juga

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, memaparkan, nilai ekspor sepanjang bulan lalu mencapai 21,5 miliar dolar AS.

"Nilai ekspor ini turun 21,29 persen jika dibandingkan dengan bulan April 2022 tapi masih meningkat 27 persen jika dibandingkan Mei 2021," kata Setianto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/6/2022).

Nilai ekspor non migas tercatat 20,1 miliar dolar AS, anjlok 22,7 persen secara bulanan (month to month/mtm) namun masih tumbuh 25,34 persen secara tahunan (year on year/yoy). Adapun ekspor migas masih mencatatkan kenaikan 1,5 persen mtm juga meningkat 54,49 persen mtm.

Khusus pada sektor non migas, penurunan yang dalam terjadi pada ekspor industri pengolahan. Tercatat nilai ekspornya hanya 14,14 miliar dolar AS, anjlok 25,93 persen mtm.

Salah satu penyebab anjloknya ekspor industri pengolahan diakibatkan larangan ekspor CPO yang diteken pemerintah pada bulan lalu untuk mengatasi masalah kelangkaan dan mahalnya minyak goreng.

"Kita tahu ada restriksi atau larangan ekspor sawit bulan Mei sehingga ekspor minyak sawit mengalami penurunan," katanya.

Tercatat, ekspor sawit pada Mei hanya 284,6 juta dolar AS, atau turun 87,72 persen setara 2,03 miliar.

Kendati demikian, Setianto menjelaskan, ekspor industri pengolahan pada Mei 2022 masih lebih tinggi 7,78 persen bila dibandingkan dengan Mei 2021 lalu.

Penurunan juga terjadi pada ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Nilai ekspor sektor ini hanya 290 juta dolar AS, anjlok 25,92 persen mtm namun tetap masih lebih tinggi 20,32 persen yoy.

Begitu pula dengan ekspor pertambangan yang nilainya 5,58 miliar dolar AS. Angka itu turun 12,92 persen mtm tetapi tumbuh sangat tinggi 114,2 persen secara yoy.

Adapun pada kinerja impor barang, BPS mencatat total nilai impor bulan Mei 2022 mencapai 18,61 miliar dolar AS. Nilai itu turun 5,81 persen secara mtm namun masih naik 30,74 persen yoy.

Impor non migas senilai 15,26 miliar dolar AS, anjlok 4,31 persen mtm tapi tumbuh 25,33 persen yoy. Sementara impor migas sebesar 3,35 miliar dolar AS, menurun 12,07 persen mtm namun masih menunjukkan kenaikan 62,64 persen yoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement