Senin 13 Jun 2022 14:25 WIB

Pasca Transisi LIBOR, BI: Stabilitas Pasar Keuangan Tetap Terjaga

Saat ini volume transaksi derivatif, khususnya outstanding IRS dan CCS relatif stabil

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Bank Indonesia, ilustrasi
Foto: Tahta/Republika
Bank Indonesia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia terus menjaga stabilitas dalam transisi London Interbank Offered Rate (LIBOR) yang telah dilakukan sebagian pada 1 Januari 2022. Direktur Eksekutif Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Donny Hutabarat menyampaikan transisi berjalan lancar dan stabilitas pasar keuangan tetap terjaga.

"Kita sudah ada mulai transisi dan itu berjalan dengan baik, tidak ada gejolak atau masalah pada sistem keuangan," katanya dalam G20 Side Event: International Best Practices and Lessons Learnt on LIBOR Transition in Developing a Robust and Credible Reference Rate, Senin (13/6/2022) yang digelar hybrid di Fairmont Hotel Jakarta.

Baca Juga

Donny mengatakan proses transisi berjalan lancar dibarengi dengan edukasi juga sosialisasi terkait panduan Transisi LIBOR. Hal ini dilakukan oleh National Working Group on Benchmark Reform (NWGBR) yang juga sekaligus memonitor dan mengatur koordinasi perkembangan LIBOR domestik dan global.

Saat ini, volume transaksi derivatif, khususnya outstanding IRS dan CCS relatif stabil. Keberhasilan proses transisi ini dipengaruhi oleh kondisi dimana sebagian besar outstanding kontrak-kontrak LIBOR telah dilengkapi dengan klausul fallback.

Setelah diskontinu LIBOR pada 1 Januari 2022, Bank Indonesia terus mendorong penguatan referensi suku bunga rupiah di Pasar Domestik melalui indeks IndoNIA. Overnight Index  Average (IndoNIA) ini direkomendasikan sebagai referensi suku bunga rupiah tenor overnight yang akan menjadi dasar pembentukan referensi suku bunga rupiah di tenor satu pekan sampai 12 bulan.

Pelaku pasar diimbau juga untuk terus meningkatkan penggunaan IndoNIA sebagai referensi suku bunga dalam berbagai produk dan instrumen keuangan rupiah. Selain itu sebagai salah satu indikator perkembangan suku bunga di pasar uang domestik.

"Diperlukan peran dan dukungan pelaku pasar keuangan Indonesia untuk meningkatkan penggunaan IndoNIA," katanya.

Peningkatan transaksi dan likuiditas pasar akan mendorong terciptanya efisiensi dan efektivitas pasar keuangan. Hal tersebut demi mendukung pembiayaan perekonomian dan sistem stabilitas sistem keuangan.

NWGBR yang juga melibatkan Kementerian Keuangan terus memastikan efek transisi berjalan lancar di seluruh pelaku pasar termasuk pemerintah. Direktur Pinjaman dan Hibah DJPPR Kementerian Keuangan, Syurkani Ishak Kasim menyampaikan progres pelaksanaan transisi LIBOR di Kementerian Keuangan.

"Beberapa perjanjian pinjaman saat ini sudah mengakomodir klausa transisi LIBOR sehingga saat diskontinu resmi otomatis beralih ke Alternate Reference Rate (ARR)," katanya.

Sementara, beberapa pinjaman yang masih belum akan beralih mengacu pada LIBOR USD sepenuhnya akan beralih ke ARR sampai Juni 2023. LIBOR USD akan dihapus secara total pada saat tersebut. Kementerian telah diskusi dengan Kreditor Multilateral, Kreditor Perbankan, dan Kreditor Bilateral.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement