REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center for Strategic and International Studies (CSIS) merilis hasil survei terkait implikasi dari pemindahan ibu kota negara. Menurut Kepala Departemen Ekonomi CSIS, Fajar B Hirawan, Jakarta masih tetap akan memiliki daya tarik bagi para pebisnis jika pemindahan ibu kota negara dilakukan.
“DKI Jakarta masih bisa menjadi top five atau top three daerah atau wilayah yang sangat diminati oleh investor baik dalam negeri maupun luar negeri,” kata Fajar dalam paparannya terkait ‘Rilis Survei Ahli: Pemindahan Ibu Kota Negara: Prospek Kepemimpinan Jakarta dan Implikasi Sosial, Politik, dan Ekonomi ke depan, Senin (6/6).
Terkait progress hingga triwulan pertama 2022, Fajar mengatakan, Jakarta masih masuk dalam tiga besar dalam realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). PMA dan PMDN yang paling diminati biasanya yakni sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi, diikuti sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran.
Baik dalam jangka pendek maupun menengah, Jakarta dinilai masih akan menjadi salah satu wilayah yang berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia, mengingat infrastruktur yang dimiliki sudah memadai dan sarana prasarana yang ada cukup lengkap.
“Terlepas apakah Jakarta tetap menjadi ibu kota ataupun tidak menjadi ibu kota negara, menurut saya, Jakarta masih memiliki daya tarik atau magnet bagi para pebisnis,” kata Fajar.
Fajar menjelaskan, selama Kuartal I/2022, kontribusi Pulau Jawa terhadap PDB Indonesia paling tinggi yakni mencapai 57,78 persen. Sedangkan kontribusi ekonomi tertinggi terhadap PDB nasional berdasarkan provinsi yakni Jakarta yang di kisaran 16-18 persen.