REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Inflasi tahunan di Turki mencapai 73,5 persen pada Mei 2022, tingkat tertinggi sejak 1998. Hal ini menandakan krisis biaya hidup di negara itu semakin dalam.
Seperti dilansir dari laman AP, Sabtu (4/6/2022), Institut Statistik Turki mengatakan angka itu mewakili peningkatan hampir 70 persen dari bulan sebelumnya. Harga konsumen naik hampir tiga persen dari April.
Sementara banyak negara melihat kenaikan harga konsumen, para kritikus menyalahkan masalah Turki terhadap kebijakan ekonomi Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Pemimpin Turki itu menegaskan biaya pinjaman yang tinggi menyebabkan inflasi, posisi yang bertentangan dengan pemikiran ekonomi yang mapan dan menganjurkan penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan dan ekspor.
Bank sentral Turki telah memangkas suku bunga sebesar lima poin persentase sejak September, menjadi 14 persen sebelum menghentikannya pada Januari. Lira Turki kehilangan 44 persen nilainya terhadap dolar AS tahun lalu.
Invasi Rusia ke Ukraina, yang menyebabkan lonjakan harga gas, minyak dan biji-bijian, telah memperparah situasi di Turki yang bergantung pada impor.
Kenaikan harga tahunan paling tajam terjadi sektor transportasi sebesar 107,6 persen, diikuti oleh harga makanan dan minuman non-alkohol sebesar 91,6 persen.