REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan pelat merah PT Timah Tbk menyatakan akan membagikan dividen untuk para pemegang saham sebesar 35 persen dari laba bersih 2021 yang mencapai Rp 1,3 triliun atau sekitar Rp 455 miliar.Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar mengatakan pembagian dividen tersebut telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dilakukan hari ini.
"Timah membagikan dividen untuk tahun buku 2021 sebesar 35 persen dari laba bersih 2021 yang mencapai Rp 1,3 triliun," kata Abdullah di Jakarta, Selasa (24/5/2022).
Dalam laporan keuangan konsolidasi yang telah diaudit tahun buku 2021, emiten berkode saham TINS ini berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 483 persen menjadi Rp 1,3 triliun dibandingkan pencapaian tahun 2020 yang justru mengalami rugi sebesar Rp 341 miliar. Lonjakan laba bersih itu ditopang oleh penurunan beban pokok pendapatan.
Sepanjang 2021, beban pokok pendapatan perseroan turun 21 persen menjadi Rp 11,17 triliun dibandingkan beban tahun sebelumnya yang mencapai Rp 14,09 triliun.Berbanding lurus dengan laba bersih, EBITDA Timah naik 150 persen menjadi Rp 2,90 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,16 triliun.
Beban finansial yang berkurang akibat deleveraging strategy dan kemampuan perseroan memilih sumber pendanaan berbiaya rendah menjadi salah satu faktor pendukung.Indikator finansial lainnya yang menjadi parameter membaiknya kinerja Timah adalah rasio profitabilitas, yaitu net profit margin menjadi 9 persen dari sebelumnya minus 2 persen dan gross profit margin menjadi 22 persen dari sebelumnya hanya 7 persen.
Adapun rasio solvabilitas nampak dari debt to equity ratio menjadi 82 persen dari sebelumnya sebesar 142 persen. Kas dan setara kas menunjukkan kenaikan signifikan menjadi Rp 1,78 triliun pada 2021 dari sebelumnya Rp 807 miliar pada 2020.
Pada 2021, produksi biji timah sebesar 24.670 ton sn atau turun 38 persen dari tahun sebelumnya sebesar 39.757 ton sn. Produksi itu terdiri dari 46 persen berasal dari penambangan darat dan 54 persen bersumber dari penambangan laut.
Sedangkan produksi logam timah tercatat hanya mencapai 26.465 metrik ton atau turun 42 persen dari tahun 2020 sebesar 45.698 metrik ton. Harga rata-rata logam timah yang naik 89 persen menjadi 32.619 dolar AS per ton, perseroan membukukan penjualan logam timah sebesar 26.602 metrik ton atau turun 52 persen dari tahun sebelumnya sebesar 55.782 metrik ton.
Abdullah mengatakan pihaknya akan fokus terhadap peningkatan produksi bijih timah berbiaya rendah dari penambangan offshore agar profit margin yang optimal tetap dapat dipertahankan."Melesatnya performa perseroan menjadi sebuah hadiah istimewa di tengah situasi pandemi, namun tak menyurutkan optimisme Manajemen bahwa ke depan kinerja perseroan akan mampu lebih baik," paparnya.