Rabu 06 Apr 2022 09:58 WIB

Saham Perbankan Pimpin Top Losers, IHSG Dibuka Turun

IHSG mencatat saham top losers antara lain BBNI, BUKA, UNVR, BMRI dan BBCA

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona negatif pada perdagangan Rabu (6/4). Setelah ditutup menguat sebesar 0,45 persen pada perdagangan kemarin, IHSG pagi ini terkoreksi ke posisi 7.128,41.
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Pekerja melintas di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona negatif pada perdagangan Rabu (6/4). Setelah ditutup menguat sebesar 0,45 persen pada perdagangan kemarin, IHSG pagi ini terkoreksi ke posisi 7.128,41.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona negatif pada perdagangan Rabu (6/4). Setelah ditutup menguat sebesar 0,45 persen pada perdagangan kemarin, IHSG pagi ini terkoreksi ke posisi 7.128,41.

Sejumlah saham blue chip yang masuk daftar top losers menjadi pemberat IHSG di awal perdagangan ini. BBNI melemah 1,79 persen, BUKA dan UNVR terpangkas 1,6 persen, serta BMRI dan BBCA masing-masing turun 0,96 persen dan 0,68 persen. 

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan indeks saham di Asia pagi ini dibuka turun mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street yang semalam yang tertekan oleh pelemahan pada saham-saham di sektor Teknologi dan saham pertumbuhan.

Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) lompat 13,1 bps menjadi 2,54 persen, tertinggi sejak Mei 2019. Sedangkan yield surat utang Pemerinath AS bertenor 2 tahun naik 7,2 bps menjadi 2,5 persen. 

Menurut riset, fokus perhatian investor tertuju pada komentar tegas (hawkish) dari sejumlah pejabat penting mengenai kemungkinan pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh bank sentral AS Federal Reserve untuk mengalahkan inflasi. 

Gubernur Federal Reserve Lael Brainard mengatakan dirinya mengharapkan kombinasi antara kenaikan suku bunga dan pengurangan secara cepat Neraca bank sentral untuk membawa kebijakan moneter ke posisis netral.

Investor menilai pengetatan kebijakan moneter yang agresif akan memperbesar probabilitas terjadinya resesi ekonomi. Di pasar komoditas, harga minyak mentah bergerak turun karena kekhawatiran jumlah kasus baru Covid-19 akan memperlambat permintaan berhasil di imbangi oleh kekhawatiran mengenai pasokan minyak setelah AS dan Eropa berencana menjatuhkan sanksi baru atas Rusia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement