REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) kembali menggelar Annual Members Survey (AMS) 2021 pada Kamis (24/3/2022) secara virtual. AMS merupakan inisiatif dan telah berkala diterbitkan secara tahunan dalam rangka menunjukkan perkembangan industri fintech nasional serta potensinya terhadap perkembangan ekonomi. Selaim itu, mengidentifikasi topik-topik prioritas, serta mendiskusikan berbagai tantangan dalam rangka mengoptimalkan fintech bagi inklusi keuangan dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
Laporan yang dikembangkan berdasarkan survei tahunan terhadap anggota Aftech ini telah menjadi referensi bagi penyelenggara fintech, regulator, investor serta akademisi.
Sebagai informasi, AMS 2021 terdiri atas sembilan bagian utama dan merupakan pengembangan dari kuesioner AMS 2019/2020 yaitu tinjauan industri tekfin, lanskap tekfin Indonesia, investasi di tekfin, pandangan regulasi, penerapan tata kelola yang baik, infrastruktur dan teknologi, kesenjangan keahlian dan kesetaraan gender, implementasi strategi inklusi keuangan, serta tekfin selama pademi Covid-19.
Ketua Umum Aftech Pandu Sjahrir mengatakan, berbicara perihal sumber pertumbuhan ekonomi nasional, fintech telah berkembang pesat dalam beberapa waktu terakhir. Terbukti dengan peningkatan jumlah penyelenggara fintech berlisensi, makin beragamnya solusi layanan keuangan digital yang ada di pasar saat ini, serta pertumbuhan pemanfaatan fintech, dan layanan keuangan digital di masyarakat.
Capaian fintech dalam hal ini diantaranya ditunjukkan oleh nilai transaksi uang elektronik yang meningkat 58,5% (y-o-y) menjadi lebih dari Rp triliun di akhir tahun 2021, adopsi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) yang telah melampaui target 12 juta cenderamata sebelum tenggat waktu akhir tahun 2021. Kemudian, penyaluran pinjaman melalui fintech pendanaan bersama ke lebih dari 13,47 juta rekening peminjam senilai kurang lebih Rp 13,6 triliun di bulan Desember 2021, serta peningkatan pemanfaatan fintech untuk berinvestasi di pasar modal, dan perdagangan aset digital.
Dalam ringkasan eksekutif Laporan Survey Aggota Tahunan Aftech, AMS 2021, pada tahun 2021, Indonesia menyumbang 23% dari seluruh perusahaan fintech di Asia Tenggara.
Perkembangan ini, dikombinasikan dengan potensi industri fintech Indonesia, telah menarikminat investor.
Secara akumulatif, kata dia, jumlah investasi pada industri fintech di Indonesia mencapai 904 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau 23% dari total akumulasi investasi pada industri fintech di Asia Tenggara tahun 2021.
Selain menunjukkan signifikansi industri fintech dalam menarik investasi, statistik ini juga menunjukkan peran fintech yang signifikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi masa depan bagi Indonesia.
“Laporan Survei Tahunan Anggota AFTECH 2021 ini beserta seluruh temuannya diharapkan dapat menyediakan landasan bagi diskusi dan kolaborasi lebih lanjut antara seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini. Saya berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kebijakan (stakeholder) dalam ekosistem fintech,” ujar dia.
Ketua Dewan Pengawas Aftech Rudiantara mengatakan, survei yang dilakukan terhadap anggota Aftech merupakan variable kunci atas aspirasi yang disampaikan untuk diterapkan dalam pembentukan aturan yang lebih pas disesuaikan juga dengan kode etik yang berlaku serta kebutuhan-kebutuhan lain terhadap fintech agar mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat.
"Oleh karena itu agenda tahunan ini sangat penting untuk kelancaran evaluasi berkala fintech di Indonesia," kata dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hadir untuk menyampaikan pidato kunci, kembali menegaskan bahwa hal-hal yang wajib dibenahi terkait kondisi fintech di Indonesia yang masih menjadi sorotan para regulator, seperti masalah perlindungan konsumen. Ini termasuk perlindungan datanya juga masalah infrastruktur secara teknis yang memberikan jaminan bahwa fintech tersebut fungsional dan dapat digunakan secara praktis oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
“Aftech diharapkan terus memegang komitmen untuk terus bersinergi dan kolaborasi baik dengan seluruh penyelenggara sektor jasa keuangan serta mendorong upaya dalam mempercepat digitalisasi dan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Aftech juga diharapkan bisa meminimalkan kesenjangan digital terutama bagi kelompok rentan dan kurang terlayani yaitu kelompok perempuan, pemuda dan terutama masyarakat di daerah yang masih tertinggal. Semoga hasil AMS 2021 akan menjadi bahan diskusi yang produktif dan memberikan kontribusi yang positif bagi perbaikan ekosistem finansial teknologi di Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, ekonomi keuangan digital di Indonesia berkembang sangat cepat. "Hal ini menjadi bukti dari sinergi dan kolaborasi antara Bank Indonesia, perbankanperusahaan jasa sistem pembayaran, Aftwch, dan e-commerce yang sangat luar biasa dalam mendukung, mempercepat dan terus memajukan ekonomi keuangan digital Indonesia," ujar dia.