Selasa 15 Mar 2022 09:48 WIB

IHSG Lanjutkan Penguatan, Saham Pertambangan Malah Amblas

Saham empat bank besar kompak menguat pagi ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 6.968,34 pada perdagangan hari ini, Selasa (15/3/2022).
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 6.968,34 pada perdagangan hari ini, Selasa (15/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada awal perdagangan Selasa (15/3). IHSG dibuka menguat ke level 6.968,34 setelah berakhir naik sebesar 0,43 persen pada penutupan perdagangan kemarin. 

Saham empat bank besar kompak menguat dengan BBRI memimpin kenaikan sebesar 1,55 persen ke level 4.590, disusul BBCA yang naik 1,24 persen ke posisi  8.175. Sedangkan BMRI dan BBNI masing-masing naik 0,65 persen dan 0,31 persen. 

Baca Juga

Sementara, saham yang berkaitan dengan komoditas tambang dan energi mayoritas mengalami penurunan. ADRO terkoreksi paling tajam sebesar 1,79 persen, AALI dan PGAS anjlok 1,05 persen, serta ITMG melemah 0,10 persen. 

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan, IHSG berpotensi menguat pada perdagangan hari ini. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) lompat 12 bps menjadi 2.145 persen.

"Angka ini tertinggi sejak Juli 2019 karena investor mengantisipasi hail pertemuan kebijakan pertemuan bank sentral AS Federal Reserve pada hari Kamis," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (15/3). 

Federal Reserve, melalui Federal Open Market Committee (FOMC) diprediksi menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kali sejak pandemi Covid-19 pecah. FOMC juga dijadwalkan merilis proyeksi kenaikan suku bunga yang akan dilakukan pada tahun-tahun mendatang. 

Sementara itu, pejabat tinggi dari AS dan China kemarin melakukan pembicaraan selama tujuh jam di Roma mendiskusikan berbagai  tantangan yang dihadapi hubungan bilateral kedua negara, termasuk invasi Rusia ke Ukrania. AS khawatir China akan berusaha membantu Rusia dalam menghindari sanksi ekonomi global. 

Dari sisi makroekonomi, menurut riset, investor hari ini menantikan rilis sejumlah data penting ekonomi China seperti Penjualan Ritel (Jan-Feb), Industrial Production (Jan-Feb), Tingkat Pengangguran (Jan-Feb) dan Investasi Aset Tetap (Fixed Asset Investment) sepanjang tahun ini. 

Investor juga menunggu rilis data Producer Price Index (PPI) AS untuk bulan Maret dan rilis data ZEW Economic Sentiment Index Jerman untuk bulan Maret. Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia untuk bulan Februari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement