REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan bidang produsen panel listrik, perakitan baterai listrik, dan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT), PT Semacom Integrated Tbk mencatat penjualan secara konsolidasian naik 117,1 persen pada 2021 dibandingkan periode yang sama tahun 2020 (unaudited). Tercatat penjualan perusahaan periode Desember 2021 sebesar Rp 180 miliar sedangkan pada 2020 realisasi penjualan sebesar Rp 82,89 miliar.
Direktur Utama SEMA, Rudi Hartono Intan, mengatakan kenaikan penjualan mendorong laba perusahaan naik 478,2 persen menjadi Rp 17 miliar (unaudited) pada periode tersebut secara year on year (yoy). Sebelumnya pada 2020 laba neto sebesar Rp 2,94 miliar.
“Realisasi penjualan hingga akhir Desember 2021 sebesar Rp 180 miliar. Angka ini melonjak pesat karena terealisasinya kontrak kerja sama Perseroan dengan pihak FiberHome (PT Fiberhome Technologies Indonesia),” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (11/3/2022).
Menurutnya kontrak kerja sama dengan FiberHome pada semester I 2021 memberikan kontribusi terhadap total pendapatan pada periode tersebut sebesar Rp 15 miliar. Meski relatif masih kecil, namun kedepan Rudi optimis permintaan produk
baterai khususnya data center akan terus meningkat seiring dengan semakin ekspansifnya industri telekomunikasi di Indonesia.
“Perusahaan berencana melakukan diversifikasi usaha dengan membuka pasar baru sebagai pendukung industri energi terbarukan. Perseroan membidik pasar penyedia energi melalui produksi baterai untuk keperluan data center perusahaan telekomunikasi dan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum),” ucapnya.
Dengan mengestimasikan biaya investasi pembangunan SPKLU level dua sebesar 4.300 dolar AS dan target kebutuhan SPKLU yang telah diproyeksikan oleh PLN pada 2021- 2025, maka terdapat potensi proyek minimum sebesar 203 juta dolar AS bagi perusahaan swasta. Adapun besarnya nilai proyek pembangunan SPKLU, Rudi berharap SEMA dapat memperoleh
kontrak Kerjasama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
“Untuk mempertahankan pangsa pasar dalam industri panel listrik, baterai dan energi terbarukan, kami akan selalu melakukan usaha-usaha dalam memperbaiki dan meningkatkan kompetensi dan kualitas produk dengan melakukan inovasi produk, meningkatkan efisiensi proses produksi, serta melakukan survey pasar,” ucapnya.
Menurutnya pembangunan SPKLU rencananya dimulai awal tahun depan. Saat ini perusahaan sedang berupaya mengembangkan produk dengan pembangunan solar panel terlebih dahulu.
Dalam pengembangan solar panel ini, perusahaan direncanakan berpartner dengan perusahaan asal China, Golden Concord Holdings Limited (GCL-Poly). Adapun proyek solar panel yang akan mulai dibangun tahun ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan perusahaan sebesar Rp 20 miliar.
“Kita baru mau kerjasama menjadi distributor salah satu merk dulu dan sekalian rencana mau assembling lokal. Nanti kita akan bikin merk sendiri,” ucapnya.
Terkait dengan rencana pembangunan SPKLU, perusahaan terlebih dahulu akan mencari product engineering dan kemudian diuji sampel untuk mendapatkan sertifikasi sebelum membangun lebih banyak. Sementara ini nilai capex SPKLU masih dalam tahap pendalaman.
“Perusahaan masih fokus mengembangkan panel surya pada tahun ini. Kita masih mengandalkan panel dan baterai, panel box kita produksi sendiri,” ucapnya.