REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memastikan laju pemulihan ekonomi berada dalam ritme yang tepat. Hal ini terlihat dari berbagai indikator ekonomi yang semakin membaik.
Pada Januari lalu, neraca perdagangan membukukan surplus 0,93 miliar dolar AS. Hal ini disebabkan kinerja ekspor pada Januari sebesar 19,6 juta dolar AS atau 25,31 persen sedangkan impor sebesar 18,23 miliar dolar AS atau tumbuh 36,77 persen.
“Salah satu yang membuat peningkatan ketahanan ekonomi Indonesia adalah neraca perdagangan kita yang terus mengalami surplus selama 21 bulan berturut-turut,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Senin (22/2/2022).
Menurutnya pertumbuhan ekspor yang tinggi didorong oleh ekspor non migas seperti bahan bakar mineral, lemak hewan nabati, CPO dan mesin serta perlengkapan elektronik. Namun dari sisi volume, ekspor mengalami penurunan imbas larangan ekspor batubara pada bulan Januari.
Dari kinerja impor juga tumbuh terutama didominasi oleh barang-barang yang mendukung produksi dan pemulihan ekonomi yakni impor bahan baku dan barang modal. “Dari sisi volume pertumbuhan impor juga mengalami penurunan. Di bulan Januari memang biasanya sedikit mengalami penurunan,” ucapnya.
Berdasarkan Google Mobility Index, mobilitas masyarakat tertahan imbas menyebarnya varian omicron. Menurutnya aktivitas masyarakat menurun karena sebagian yang awalnya sudah ke kantor sekarang kembali menerapkan work from home.
“Ini berarti omicron memang membuat aktivitas barangkali menurun namun tidak mempengaruhi pada level confidence konsumen,” ucapnya.
Sri Mulyani pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi berkisar 4,8 sampai 5,5 persen year on year pada 2022."Kita melihat memang ada faktor upside tapi kita juga melihat ada faktor risiko downside, ini menjadi perhatian kita dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi 2022," ucapnya.
Menurutnya penurunan aktivitas masyarakat diperkirakan tidak akan mengurangi kepercayaan masyarakat untuk melakukan konsumsi. "Jadi kalau kita lihat konsumen confidence, retail sales, maupun mandiri spending index semua masih di dalam posisi robust, bertahan di level ekspansif atau tinggi. Kalau ada koreksi masih sangat minimal," katanya.
Begitu pula Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia yang sebesar 53,7 di Januari 2022 dan impor bahan baku serta barang modal yang masing-masing tumbuh 39,6 persen dan 41,9 persen menunjukkan aktivitas manufaktur akan berlanjut.
"Pertumbuhan konsumsi listrik level industri serta bisnis menggambarkan industri ini tidak menurun, masih robust seperti yang kita harapkan," ucapnya.