Selasa 15 Feb 2022 00:55 WIB

Perbanas: Kecepatan Adopsi Digital Jadi Kunci Perbankan Bertahan

Adopsi teknologi digital kunci perbankan agar mampu bertahan di era disrupsi

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Warga menggunakan fasilitas layanan perbankan digital di Jakarta, (ilustrasi).  Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mengungkapkan kecepatan adopsi teknologi digital merupakan kunci bagi perbankan agar mampu bertahan di tengah kemunculan disrupsi.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warga menggunakan fasilitas layanan perbankan digital di Jakarta, (ilustrasi). Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mengungkapkan kecepatan adopsi teknologi digital merupakan kunci bagi perbankan agar mampu bertahan di tengah kemunculan disrupsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) mengungkapkan kecepatan adopsi teknologi digital merupakan kunci bagi perbankan agar mampu bertahan di tengah kemunculan disrupsi. Hal itu harus dilakukan perbankan agar dapat bersaing dengan berbagai macam produk baru.

Ketua Umum Perbanas Kartika Wirjoatmodjo mengatakan perbankan perlu bekerja sama dengan berbagai pihak seperti e-commerce agar bertahan, sekaligus menjadi key player namun tetap menjaga keamanan dan keandalan secara tepat.

Baca Juga

“Bank akan menjadi a key player selama mereka pindah ke hybrid bank model dan open ecosystem,” ujarnya saat webinar G20 terkait Digital Payment Innovation of Banking, Senin (14/2/2022).

Adopsi teknologi digital yang dimaksud, lanjut Kartika, membuat aplikasi mobile banking atau superapps yang terintegrasi dengan layanan lain. Meski demikian, dia tak menyangkal bahwa membuat mobile banking atau superapps tidak mudah karena membutuhkan pengembangan aplikasi dan keamanan yang sangat kuat.

Menurutnya tantangan bagi perbankan yakni meninggalkan model bisnis lama dan beralih menuju bisnis yang maksimal dalam mengadopsi teknologi digital. Sebagai contoh, perbankan harus melihat bagaimana fungsi dan potensi mesin anjungan tunai mandiri (ATM).

“Apakah mesin ATM masih relevan masa depan dan bagaimana strategi menghadapi risikonya. Jadi itu akan tetap menjadi keunggulan kompetitif atau apakah ini menjadi komoditas?” ucapnya.

Kartika menyebut lima tahun yang lalu masyarakat memiliki tiga cara pembayaran yakni transfer langsung, kartu debit, atau kartu kredit namun saat ini telah bergeser sistem pembayaran digital.

“Masyarakat sekarang akan memilih cara pembayaran yang lebih mudah, cepat, dan menguntungkan sehingga perbankan harus mulai mengadopsi digital ke dalam bisnis mereka secara masif,” ucapnya.

Kartika juga menyadari masa pandemi Covid-19 membawa dampak terhadap meledaknya kecepatan adopsi teknologi digital dalam bertransaksi sepanjang dua tahun terakhir.

“Pandemi justru membawa sudut pandang yang berbeda karena kecepatan adopsi transaksi digital meledak dalam dua tahun terakhir,” katanya.

Menurutnya adopsi teknologi digital telah masif terjadi sejak 2015 sampai 2019 namun berlangsung semakin cepat dalam skala menengah yang kemudian dalam dua tahun terakhir telah meledak. Oleh sebab itu, aspek tersebut yang menjadi latar belakang perbankan terutama bank-bank besar mulai banyak berinvestasi tidak hanya pengembangan aplikasi namun juga memperbaiki organisasi.

“Perbaikan organisasi yang mampu mengadopsi teknologi digital ini menjadikan perusahaan lebih gesit, sehingga mampu bersaing dengan pemain financial technology (fintech) dengan cara yang lebih cepat,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement