Ahad 06 Feb 2022 17:12 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2021 Diproyeksi Tak Capai 4 Persen

Pertumbuhan ekonomi setahun penuh di atas 4 persen masih terlalu optimistis.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Senin (10/1/2022). Ekonom sekaligus Direktur Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 mencapai 4 persen year on year (yoy).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Senin (10/1/2022). Ekonom sekaligus Direktur Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 mencapai 4 persen year on year (yoy).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom sekaligus Direktur Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 mencapai 4 persen year on year (yoy). Dengan proyeksi tersebut, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 akan berada pada kisaran 3,46 persen.

"Meskipun pertumbuhan ekonomi 2021 terbantu low base effect karena pertumbuhan 2020 yang rendah, tapi untuk tumbuh setahun penuh di atas 4 persen sepertinya masih terlalu optimistis," kata Bhima kepada Republika.co.id, Ahad (6/2/2022).

Baca Juga

Bhima mengatakan, beberapa indikator pertumbuhan terutama konsumsi atau belanja rumah tangga meski mulai pulih di kuartal IV, namun diprediksi tetap mengalami perlambatan khususnya di bulan Desember 2021.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per Desember 2021 juga telah menunjukkan koreksi tipis dari 118,5 poin ke 118,3 poin. Ia menilai koreksi atas keyakinan konsumen tidak lepas dari kemunculan varian Omicron di akhir tahun lalu.

Selain belanja rumah tangga, tingkat belanja pemerintah juga kurang mendukung. Sebab, total serapan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) hanya 88 persen sehingga peran stimulus belum dirasakan optimal terhadap pemulihan sektor riil.

"Memang penerimaan pajaknya tinggi ya, didorong booming harga komoditas, tapi realisasi belanja di beberapa pos masih belum memuaskan," ujarnya.

Bhima menambahkan, keberadaan varian Omicron pun mulai berdampak lebih luas ke sektor ekonomi, khususnya ke permintaan ekspor pada kuartal ke IV 2021.

"Kinerja ekspor kalau melihat data Desember ikut terkoreksi, surplus nya semakin mengecil. Di saat yang bersamaan, kemudian gangguan rantai pasok juga masih terjadi menambah biaya logistik," kata Bhima.

Sementara itu, isu tapering off ikut membuat pelaku usaha bersiap siap mengantisipasi naiknya biaya bahan baku dan suku bunga pinjaman. Itu menyebabkan ekspansi bisnis sedikit tertahan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement