REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyampaikan, volume ekspor produk minyak sawit sepanjang 2021 hanya naik 0,6 persen dibandingkan realisasi 2020. Terbatasnya pasokan akibat menurunnya produksi menjadi penyebab kinerja 2021 yang hanya naik tipis.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Mukti Sardjono, mengatakan, ekspor produk minyak sawit Indonesia 2021 yang mencakup minyak sawit mentah atau CPO, olahan CPO, palm kernel oil (PKO), oleokimia dan biodiesel mencapai 34,2 juta ton atau naik 0,6 persen dibandingkan dengan realisasi ekspor 2020 sebesar 34,0 juta ton.
"Rendahnya kenaikan ekspor disebabkan keterbatasan pasokan, harga yang tinggi dan makin kecilnya perbedaan harga minyak sawit dengan minyak nabati lainnya terutama minyak kedelai," kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam keterangan resminya, Jumat (28/1/2022).
Produksi pada 2021 relatif stagnan karena berbagai faktor seperti cuaca, keterbatasan pupuk dan kelangkaan tenaga kerja. Di Indonesia, produksi CPO pada 2021 mencapai 46,88 juta ton atau 0,31 persen lebih rendah daripada produksi 2020 yang mencapai 47,03 juta ton.
Faktor keterbatasan pemupukan pada 2019 dan 2020, serta faktor cuaca diduga menjadi penyebab penurunan produksi di Indonesia.
Lebih lanjut, ia mengatakan, meskipun volume ekspor cenderung naik tipis, nilai ekspor produk minyak sawit mengalami kenaikan hingga 52 persen, dari 22,9 miliar dolar AS pada 2020 menjadi 35 miliar dolar AS pada 2021.
Kenaikan nilai ekspor yang tinggi didukung oleh harga rata-rata 2021 yang mencapai 1.194 dolar AS per ton atau 67 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata 2020 sebesar 715 dolar AS per ton.
"Secara bulanan, ekspor Indonesia pada 2021 sangat berfluktuasi. Pengaruh Covid-19 sangat besar terhadap permintaan minyak sawit dari negara pengimpor baik karena perubahan tingkat konsumsinya maupun karena regulasi pengetatan impor di beberapa negara," kata dia.
Adapun, tingkat konsumsi domestik produk minyak sawit pada 2021 mencatatkan kenaikan sampai 6 persen dari capaian tahun 2020. Volume konsumsi domestik mencapai 18,42 juta ton pada 2021
Konsumsi untuk pangan naik 6 persen secara tahunan, oleokimia naik 25 persen dan biodiesel naik 2 persen daripada 2020. Mukti mengatakan, konsistensi pemerintah Indonesia dalam penerapan program mandatori biodiesel turut mengurangi pasokan dan mempengaruhi pasar ekspor minyak nabati dunia.