REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang akhir tahun, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) berupaya memacu pembiayaan sindikasi. Hal ini seiring pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatat penyaluran kredit sindikasi sebesar Rp 15,4 triliun pada kuartal III 2021. Adapun realisasi ini terdiri dari 10 pipeline yang didominasi sektor kelistrikan, transportasi, dan agribisnis.
“Sampai akhir tahun ini atau pada kuartal IV 2021, terdapat empat pipeline yang saat ini menjadi prioritas BRI diselesaikan, pipeline tersebut diperoleh dari sektor mining, agribisnis, dan infrastructure dengan total plafond sebesar Rp 4 triliun sampai Rp 5 triliun,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (26/12).
Melihat kondisi perekonomian 2022, lanjut Aestika, perseroan memprediksi pembiayaan sindikasi masih cukup besar serta dukungan penyelesaian proyek strategis nasional. Adapun strategi BRI dalam mendorong pertumbuhan kredit sindikasi dengan selective pipeline dengan mengutamakan sektor sektor yang memiliki resiliensi tinggi dari pandemi.
“Seperti agribisnis, serta menyasar sektor yang berdampak/ memicu pertumbuhan ekonomi seperti infrastruktur, manufaktur dan kelistrikan,” ucapnya.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyebut pembiayaan sindikasi masih berjalan sesuai pipeline pada kuartal III 2021. Bank pelat merah ini juga telah menyelesaikan kesepakatan sindikasi bernilai puluhan triliun. Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengatakan perseroan telah melakukan closing sejumlah new deals dengan total sekitar ekuivalen sebesar Rp 57 triliun, porsi perseroan sebesar Rp 20 triliun atau sekitar 35 persen
"Sampai akhir tahun 2021, kami memproyeksikan bisnis sindikasi masih dapat tumbuh seiring kondisi perekonomian nasional yang membaik,” ucapnya.