REPUBLIKA.CO.ID, Arie Lukihardianti, Iit Septyaningsih
BANDUNG -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan pemantauan perkembangan bahan pokok jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Menteri Perdagangan M Lutfhi mengatakan, ada tiga komoditas yang diprediksi mengalami kenaikan.
Kemendag dalam hal ini Dirjen Perdagangan Dalam Negeri berkoordinasi dengan 34 kepala dinas perindustrian dan perdagangan memastikan beberapa hal terkait kebutuhan barang pokok dan penting menjelang Nataru. “Kita memastikan stoknya dan harganya terjangkau,” ujar M Lutfhi, usai Rapat Koordinasi Nasional Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok di Hotel Preanger, Bandung, Senin (15/11).
Menurut Lutfhi, perkembangan harga bahan pokok jelang Nataru kali ini terpengaruh oleh perubahan iklim seperti cabai merah. Ini juga dipengaruhi oleh perkembangan komoditas yang dipengaruhi oleh kondisi global seperti minyak goreng dan kedelai.
“Contoh minyak goreng. Minyak goreng ini sekarang ini sudah mencapai level Rp 16.000 hingga Rp 17.000 untuk kemasan sederhana karena harga CPO (crude palm oil),” katanya.
Selain minyak goreng, kata dia, komoditas lain yang naik adalah telur ayam ras dan cabai merah. Untuk telur ayam ras, sebelumnya turun drastis kini harganya naik. Namun, kenaikan ini menurutnya masih wajar mengingat ongkos dari petelur mencapai Rp 19.000-Rp 21.000.
“Jadi harga yang wajar Rp 24.000, jadi kita mesti memaklumi bahwa kita harus hidup berdampingan dan kita harus memprotect petani telur ini,” katanya.
Komoditas lain yang naik, kata dia, adalah cabai. Menjelang Nataru, harganya terpantau sudah naik 15 persen karena ini musim penghujan. Pengaruh cuaca ini otomatis membuat harga cabai naik, dan akan bergerak normal. Namun di sejumlah daerah, pihaknya mendapat laporan jika stok di satu daerah aman hingga 1,5 bulan untuk kebutuhan Nataru.
“Jadi cabai ini masalahnya dari siklus cuaca, yang biasanya kering dan basah mempengaruhi dari harga cabai,” katanya.