REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengapresiasi kegiatan Jogja Membatik Dunia sebagai rangkaian Jogja International Batik Biennale (JIBB) yang dilaksanakan secara daring. Kegiatan itu diselenggarakan bersama dengan 24 negara lainnya di seluruh dunia.
"Kegiatan ini merupakan doa agar dunia segera pulih dari pandemi. Itu sekaligus sebagai pernyataan kuat posisi Jogja sebagai ibu kota batik dunia," kata Teten, Sabtu (6/11).
Teten menambahkan, narasi kuat tersebut merupakan bukti mahakarya produk tradisi Indonesia dan mahamakna dengan filosofi yang mengakar. "Tema yang sangat relevan dalam kondisi penuh tantangan saat pandemi seperti saat ini," kata Teten.
Pada 2009, UNESCO menetapkan Batik Indonesia sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity. Pengakuan internasional batik Indonesia merupakan bagian kekayaan peradaban manusia.
"Untuk itu, saya berharap melalui Jogja Membatik Dunia, UMKM terkait wastra tradisional, termasuk batik Indonesia dapat bangkit dan meraja di pasar global," tuturnya.
Pagelaran Jogja International Batik Biennale (JIBB) menampilkan motif Ceplok Mangkoro yang terinspirasi bagian belakang penutup kepala/sumping pewayangan Jawa. Mangkara berarti ora ana sekara-kara, bermakna tidak ada halangan dan rintangan. Menorehkan Ceplok Mangkoro (dalam lukisan/batik) adalah wujud doa untuk menolak musibah.
Berdasarkan data, ekspor batik Indonesia pada 2020 mencapai 532,7 juta dolar AS atau Rp 7,5 triliun. Industri batik telah memberdayakan 200 ribu tenaga kerja dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia.