REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan instrumen kebijakan ekonomi tidak lepas dari penelitian eksploratif yang berkualitas, termasuk di sektor ekonomi dan keuangan syariah. Hal itu diharapkan dapat mengembangkan berbagai opsi kebijakan yang dapat ditempuh dan ditawarkan dalam berperan mendukung pemulihan ekonomi setelah merebaknya pandemi Covid-19.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam sambutannya menyampaikan komitmen BI salah satunya diwujudkan melalui publikasi unggulan BI Journal of Islamic Monetary Economics and Finance (JIMF). Menurutnya riset yang kuat akan turut berperan signifikan dalam mendorong ekonomi syariah.
"JIMF diharapkan dapat turut berkontribusi dalam upaya mendorong kebijakan-kebijakan yang inovatif," katanya dalam konferensi internasional The 7th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference & Call for Papers (IIMEFC).
Acara yang dirangkaikan dengan kegiatan The 13th International Conference on Islamic Economics and Finance (ICIEF) ini menjadi salah satu rangkaian pada puncak acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021. Perry mengatakan JIMF telah terbukti menjadi katalis untuk mempertemukan beragam gagasan.
"Selain itu, mengeksplorasi pengetahuan dan menginspirasi formulasi kebijakan, khususnya di bidang moneter, ekonomi dan keuangan Islam," katanya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk meningkatkan kualitas jurnal secara signifikan. Ini juga berkontribusi bagi penciptaan ekosistem penelitian di bidang ekonomi dan keuangan syariah.
Penyelenggaraan IIMEFC yang ketujuh pada tahun ini mengangkat tema 'Strengthening Islamic Economy and Financial System in The Post Pandemic Era, Digitalization and Sustainability'. Tema ini relevan dengan situasi saat ini yang memungkinkan para peserta untuk mengeksplorasi kebijakan baru dan inovatif guna menghadapi tantangan ekonomi terkini akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, riset juga terkait mempersiapkan era pasca pandemi dan digitalisasi. Direktur BI Institute, Solikin M Juhro mengatakan IIMEFC yang ketujuh ini berhasil menghimpun 251 makalah dari penulis yang berasal dari 27 negara, seperti Amerika, Australia, Bahrain, Bangladesh, Bosnia & Herzegovina, Brunei Darussalam, Prancis, India, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Palestina, Turki, dan Saudi Arabia.
"Ini sebuah capaian yang sangat signifikan di masa-masa yang sulit ini," katanya.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi Bank Indonesia dengan International Association for Islamic Economics (IAIE) dan sejumlah mitra penting lainnya. Seperti Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Institut Pertanian Bogor (IPB), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI).