REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan begitu kompleksnya persoalan pangan Indonesia. Erick berharap kehadiran holding BUMN pangan dapat mengurai persoalan pangan dalam negeri dan membentuk ekosistem pangan yang terintegrasi.
"Kita negara agraris tapi impor terus, kita bicara keberpihakan kepada petani, nelayan, peternak, perkebunan, itu hanya objek bukan subjek yang harus dibenahi," ujar Erick saat "Grand Launching Produk-produk RNI" di Jakarta, Senin (19/10).
Bagi Erick kondisi tersebut cukup ironis. Terlebih, lanjut Erick, 30 persen tenaga kerja di Indonesia berasal dari pekerja di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Erick menilai seorang pemimpin yang diberikan amanah akan sangat berdosa apabila para petani, peternak, nelayan, justru berada dalam kondisi miskin.
"Kita di sini buahnya enak, tidak dimakan lagi kadang-kadang. Lalu nasi kotak juga belum tentu dimakan. Banyak petani, perkebunan, peternakan, harus kehilangan tanahnya, pendidikan keluarga tidak terjamin, sedangkan kita yang di kota-kota besar begitu kekurangan ini tinggal beli," ucap Erick.
Erick mengetuk hati para direksi dan komisaris yang bergabung dalam BUMN klaster pangan untuk meningkatkan empati dalam memperbaiki kesejahteraan para petani, peternak, dan nelayan.
"Saya tidak minta bapak-bapak, ibu-ibu sempurna, tapi empatinya harus terus kita perbaiki sehingga kita jadi ekosistem yang baik, tidak ada lagi raja-raja kecil, wong swastanya mau kerja sama, masa di antara kita (BUMN) sulit," ungkap Erick.
Erick menegaskan komitmennya dalam mengawal transformasi BUMN-BUMN pangan. Erick bahkan mengaku tidak segan-segan mencopot direksi dan komisaris yang tidak sungguh-sungguh melakukan transformasi.
"Saya akan sangat serius memantau pangan satu tahun ke depan dan mohon maaf yang tidak ikut transformasi pastinya akan saya bongkar, akan saya ganti, dan ini sudah terjadi di banyak BUMN, jadi tidak kaleng-kalengan ngomongnya, saya pastikan saya ganti," lanjut Erick.
Erick menggarisbawahi keputusannya mengganti direksi dan komisaris merupakan hal yang profesional dan berdasarkan kinerja dalam setiap BUMN. Erick menyebut pergantian direksi dan komisaris bukan karena asas suka dan tidak suka.
"Kemarin 17 direksi BUMN dan 3 direksi anak usaha BUMN saya undang bertemu presiden. 30 persen sampai 40 persen dari 17 direksi BUMN itu dipilih menteri sebelumnya dan tidak saya ubah, karena kita mengelola sesuatu bukan karena suka dan tidak suka tapi hasilnya yang saya lihat," ucap Erick.
Erick akan memastikan terciptanya ekosistem pangan yang terintegrasi dengan meminta RNI sebagai rantai pasok yang berorientasi pada pasar, bukan sebagai stabilisator. Pasalnya, ucap Erick, Perum Bulog telah menjadi stabilisator, terlebih setelah adanya undang-undang Badan Pangan Nasional.