Selasa 12 Oct 2021 10:51 WIB

Dibuka Menguat, IHSG Dibayangi Ketidakpastian Jangka Pendek

Pergerakan IHSG sejalan dengan indeks saham di Asia.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (12/10).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (12/10). IHSG dibuka naik ke level 6.462,31 dan terus menguat sebesar 0,47 persen. 

Saham-saham konstruksi dan infrastruktur menjadi penggerak IHSG pagi ini dengan ADHI melesat 5,42 persen, WSKT menguat 4,62 persen, serta WIKA dan PTPP masing-masing naik 3,45 persen dan 3,83.

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan, IHSG cenderung melemah hari ini. Proyeksi tersebut sejalan dengan indeks saham di Asia yang dibuka variatif dengan kecenderungan melemah.

"Saham Asia cenderung melemah setelah indeks saham utama di Wall Street semalam berakhir di zona merah dengan S&P 500 dan NASDAQ mencatatkan penurunan selama dua hari beruntun," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (12/10). 

Menurut riset, pergerakan indeks tertekan oleh ketidakpastian jangka pendek. Pelaku pasar khawatir mengenai tingkat inflasi yang lebih tinggi akibat lonjakan harga komoditas energi. Pelaku pasar tidak mendapat kepastian apakah tekanan inflasi akan bersifat sementara atau akan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Selain ancaman inflasi, investor juga dihadapkan dengan prospek pengurangan paket stimulus moneter berbentuk program pembelian obligasi (Quantitaive Easing) oleh bank setral AS (Federal Reserve) dan bank sentral lain di negara maju. 

"Kebijakan tapering oleh bank sentral ini memicu kecurigaan investor bahwa pertumbuhan ekonomi sudah mencapai puncaknya pada saat inflasi mulai merangkak naik," terang Phillip Sekuritas Indonesia. 

Baca juga : Erick Thohir: Pendapatan Freeport Naik 100 Persen

Di pasar komoditas, harga minyak mentah dunia masih tetap tinggi di tengah krisis energi yang menimpa Eropa dan Asia. Kelangkaan bahan energi memicu penurunan drastis pada pasokan aluminium sehingga membuat harganya terbang ke level tertinggi. Harga komoditas logam (metal) yang lain juga bergerak dalam trend naik. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement