Jumat 01 Oct 2021 07:14 WIB

Kementan Optimistis ke Depan Ekspor SBW Meningkat

China merupakan konsumen terbesar sarang burung walet secara global.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja mengepak sarang burung walet untuk di ekspor. Terdapat 18 provinsi penghasilan sarang burung walet dengan total ekspor 1.291,9 ton
Foto: Kementerian Pertanian
Pekerja mengepak sarang burung walet untuk di ekspor. Terdapat 18 provinsi penghasilan sarang burung walet dengan total ekspor 1.291,9 ton

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati, Badan Karantina Pertanian Kementan, Wisnu Wasesa mengatakan, pihaknya optimis kedepan ekspor sarang burung walet (SBW) bakal meningkat Sedangkan, belum lama ini eksportir sarang burung walet mengadukan hambatan mengekspor produk ke China.

"Kita terus melakukan akselerasi terkait dengan ekspor dan tentunya kita optimis ekspor sarang burung walet kita kedepan meningkat, baik dari jumlah dan jumlah eksportirnya," kata Wasesa di sela-sela workshop yang digelar Inspektorat Jenderal Kementan di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Resort, Kamis (30/9).

Untuk mendukung meningkatnya ekspor maupun eksportir sarang burung walet, Wasesa menyebut, dilakukan sosialisasi secara berkelanjutan kepada peternak maupun eksportir. Terutama sosialisasi terkait pemenuhan persyaratan ekspor ke negara tujuan. "Tentunya kita berharap sebagai eksportir sarang burung walet terbesar di dunia, tentunya kita harus tetap menjaga kualitas sesuai dengan daerah tujuan," ujarnya.

Wasesa menjelaskan, daerah penghasil sarang burung walet di Indonesia diantaranya di Kalimantan, Sumatera dan Nusa Tenggara Barat. Namun, untuk pengolahan sarang burung walet sendiri sebagian besar dilakukan di kawasan Jabodetabek."Lebih banyak processing itu di Jabodetabek, hampir 70 persen. Sehingga lalu lintas ekspor sarang burung walet itu posisinya ada di (Bandara) Soekarno Hatta," jelas Wasesa.

Pihaknya juga mendorong bandara dan pelabuhan lainnya di Indonesia agar menyediakan lalu lintas ekspor sarang burung walet yang langsung ke negara tujuan. Terutama di daerah yang dekat dengan sentra penghasil sarang burung walet.

"Kita support juga efisiensi yang bisa dilakukan di daerah, beberapa sudah ada untuk processing seperti di Medan, Semarang dan Surabaya. Tentunya itu menjadi efisiensi dari para unit peternak untuk melakukan lalu lintas sarang burung walet," katanya.

Seperti diketahui, perwakilan pengusaha lokal eksportir sarang burung walet mengadukan nasib ke Kantor Staf Presiden (KSP) beberapa waktu lalu, terkait masih terhambatnya ekspor sarang burung walet ke China.

Saat bertemu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Tenaga Ahli Utama Kedeputian III KSP Agung Krisdianto, perwakilan pengusaha dari Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa Timur, dan Jabodetabek tersebut mengungkapkan, ekspor sarang burung walet masih terkatung-katung akibat masalah regulasi internal dan eksternal di China.

Perwakilan eksportir sarang burung walet asal Jawa Timur, Lusiyanto Handoko mengatakan, semua persyaratan harus otoritas China yang mengaudit mulai dari hulu ke hilir. "Mereka juga yang menetapkan kuota. Saya sudah minta tambahan kuota sejak tiga tahun lalu, sampai sekarang juga belum ada hasil," kata Lusiyanto dikutip dari siaran resmi KSP.

China merupakan konsumen terbesar sarang burung walet secara global. Ekspor sarang burung walet Indonesia ke China sepanjang 2020 mencapai 413,6 juta dolar AS. Pada April 2021, Indonesia mengumumkan China akan mengimpor sarang burung walet asal Indonesia senilai 1,13 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 16 triliun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement