REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (15/9) berpotensi melemah pasca rilis data inflasi Amerika Serikat. Rupiah dibuka melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp 14.255 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.248 per dolar AS.
"Rupiah masih bisa melemah terhadap dolar AS hari ini setelah rilis data inflasi konsumen AS bulan Agustus semalam menunjukkan tingkat inflasi AS yang masih cukup tinggi meski sedikit di bawah angka bulan lalu, 5,3 persen vs 5,4 persen year on year, sehingga hal ini masih membuka peluang pelaksanaan tapering pada akhir tahun," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Namun di sisi lain, lanjut Ariston, neraca perdagangan Indonesia Agustus yang diperkirakan surplus sekitar 2,3 miliar dolar AS, mungkin bisa menahan pelemahan rupiah hari ini dan berpeluang mendorong penguatan rupiah.
Terkait pandemi, jumlah kasus harian COVID-19 pada Selasa (14/9) bertambah 4.128 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,17 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 250 kasus sehingga totalnya mencapai 139.415 kasus.
Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 11.246 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 3,94 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 92.328 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 74,26 juta orang dan vaksin dosis kedua 42,57 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi bergerak melemah ke kisaran Rp 14.270 per dolar AS dengan potensi penguatan ke kisaran Rp 14.220 per dolar AS. Pada Selasa (14/9), rupiah menguat 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp 14.248 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.253 per dolar AS.