Jumat 03 Sep 2021 12:13 WIB

PT Timah Cetak Laba Rp 630 Miliar pada Semester I 2021

Naiknya harga logam timah akibat menyusutnya suplai jadi faktor kenaikan laba.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
PT Timah Tbk mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I 2021. Emiten berkode saham TINS ini mampu membukukan laba bersih setelah pada periode tahun lalu mengalami kerugian.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
PT Timah Tbk mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I 2021. Emiten berkode saham TINS ini mampu membukukan laba bersih setelah pada periode tahun lalu mengalami kerugian.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- PT Timah Tbk mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I 2021. Emiten berkode saham TINS ini mampu membukukan laba bersih setelah pada periode tahun lalu mengalami kerugian. 

TINS membukukan laba operasi sebesar Rp 630 miliar pada paruh pertama tahun ini dibandingkan periode tahun lalu yang rugi Rp 227 miliar. Adapun laba tahun berjalan tercatat sebesar Rp 270 miliar dibandingkan rugi Rp 390 miliar pada tahun lalu.

"Naiknya harga logam timah akibat menyusutnya supply di pasar, ditambah efisiensi yang terukur menjadi faktor naiknya margin dan laba Perseroan," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Wibisono, Jumat (3/9). 

Sementara EBITDA melesat menjadi Rp 1,04 triliun dibandingkan periode tahun lalu Rp 348 miliar. Arus kas operasi naik signifikan menjadi Rp 2,58 triliun dibandingkan pada periode tahun lalu yang sebesar Rp 620 miliar. Di sisi lain pendapatan TINS turun 27 persen dari Rp 8,03 triliun menjadi Rp 5,87 triliun.  

TINS memiliki rasio profitabilitas yang sehat, tercermin dari rasio GPM sebesar 19 persen dan rasio NPM sebesar 5 persen. Adapun rasio DER tahun ini memyusut menjadi 103 persen. Utang bank jangka pendek juga berhasil diturunkan dari Rp 3,8 triliun pada akhir tahun 2020 menjadi Rp 2,2 triliun. 

Baca juga : Serangan WTC, Keluarga 9/11 Curiga FBI Berbohong

Di pasar komoditas dunia, logam timah menjadi salah satu  komoditas dengan performa terbaik di tahun 2021. Hal ini  menjadi kontribusi positif terhadap pencapaian finansial perseroan.  

Meski demikian, pandemi yang berkepanjangan membuat operasional TINS tidak berjalan normal. Hal ini berdampak terhadap menurunnya performa produksi, baik itu produksi bijih timah maupun logam timah.  

Pada kuartal II tahun 2021 TINS membukukan produksi bijih timah sebesar 11.457 ton atau turun 54 persen dibandingkan pada tahun lalu sebesar 25.081 ton. Dari jumlah tersebut bijih timah laut memberikan kontribusi terbesar.

Produksi logam timah pada kuartal II tahun 2021 adalah sebesar 11.915 ton atau turun 57 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 27.833 ton. Adapun penjualan logam timah pada kuartal II tahun 2021 sebesar 12.523 ton atau turun 60 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 31.508 ton. 

"TINS terus melakukan pengawasan terhadap IUP yang dimiliki Perseroan, sehingga risiko terjadinya kebocoran timah di lapangan bisa ditekan. Dengan penertiban yang berkelanjutan, ruang gerak penambang timah ilegal di IUP TINS menjadi terbatas," kata Wibisono. 

Baca juga : Mentan Dorong Papua tak Bergantung dari Tambang

Menurut Wibisono, kinerja anak perusahaan terus bertumbuh dan diharapkan mampu menopang pencapaian kinerja TINS sampai dengan akhir tahun 2021. Optimisme ini sejalan dengan peningkatan permintaan logam seiring meredanya pandemi Covid-19.

"Hal ini mendorong stabilnya harga logam yang berdampak juga kepada berkembangnya industri hilir logam timah, ini diharapkan menjadi salah satu motor pendongkrak kinerja TINS di tahun pemulihan ini,” kata Wibisono.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement