REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) tenun di seluruh wilayah Indonesia. Upaya ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait agar dapat mengembangkan diversifikasi produk berbahan tenun yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi.
Salah satu wujud sinergi yang terealisasikan yakni kerja sama antara Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) serta Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT. Kolaborasi itu bertujuan memfasilitasi pemberian mesin dan peralatan IKM tenun di Provinsi NTT.
Kemenperin optimistis, kegiatan fasilitasi mesin dan peralatan ini dapat berdampak positif terhadap upaya pengembangan IKM tenun di NTT agar lebih berdaya saing tinggi. "Dengan begitu mampu menggerakan roda perekonomian masyarakat sekitar di NTT hingga memacu pertumbuhan ekonomi nasional," ungkap Plt Dirjen IKMA Kemenperin Reni Yanita di Jakarta, Senin (30/8).
Reni menyampaikan, peralatan yang diberikan kepada para perajin IKM tenun di NTT, antara lain satu set alat tenun gedogan. Alat ini terdiri dari alat tenun, pemidang ikat, penggulung benang dan pemidang hani.
Penerima fasilitasi ini sebanyak 50 pelaku IKM tenun yang berasal dari 10 kabupaten di NTT, dengan masing-masing kabupaten mengirimkan lima perajin. Para perajin IKM tenun tersebut berasal dari Kabupaten Rote Ndao, Sabu Raijua, Timor Tengah Utara, Alor, Kupang, Malaka, Lembata, Belu, Timor Tengah Selatan, dan Flores.
Reni menjelaskan, IKM tenun merupakan bagian dari sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang memiliki peran penting dalam membangun perekonomian nasional. Terlebih, industri TPT merupakan penyerap tenaga kerja dan penghasil devisa.