REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah perlu pendekatan yang berbeda dalam upaya edukasi untuk meningkatkan literasi masyarakat. Direktur Ritel PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, Purnomo B Soetadi menyampaikan cara literasi dan sosialisasi kini telah berubah seiring dengan perkembangan masyarakat.
"Pendekatan kita bukan dari sisi agama lagi, karena yang memang loyalist syariah itu hanya 20 persen saja," katanya dalam Webinar Kalbis Literasi Bank Syariah di Indonesia, Jumat (27/8).
Bank syariah, khususnya Bank Muamalat kini beranjak dari pendekatan religius menjadi sosialisasi keunggulan produk juga fitur. Purnomo mengatakan, masyarakat tidak bisa lagi diajak berbank syariah dengan menakut-nakuti karena takut riba dan lainnya.
Bank syariah kini bisa dipilih karena menawarkan produk yang dibutuhkan masyarakat dan kompetitif. Misal, karena produknya yang berbeda, memberikan pricing yang lebih murah, juga layanan digital yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
"Dalam lima tahun terakhir, di Bank Muamalat tidak hanya mengandalkan sisi Islaminya saja tapi juga modernitas dan profesionalitas," katanya.
Ini lebih relevan dengan perkembangan zaman dan dapat lebih optimal dalam memberikan layanan terbaik kepada nasabah. Purnomo mengatakan, produk, fitur, dan layanan bank syariah kini telah berangsur kompetitif di semua sisi.
Hal ini terjadi salah satunya karena perkembangan pasar yang terus bergerak mencari layanan sesuai syariah, juga sumber daya manusia pelaku industrinya yang semakin kompeten. Purnomo mengatakan, saat ini banyak bankir yang memilih hijrah ke bank syariah.
"Dulu bank syariah itu persepsinya adalah bank kelas dua, tapi kini banyak bankir yang berasal dari bank besar, dari luar negeri, Inggris, Timur Tengah lebih memilih pindah ke bank syariah tanah air," katanya.
Purnomo menambahkan, perkembangan bank syariah juga salah satunya didukung oleh evolusi pasar Muslim yang terus meningkat. Sejak 2010 hingga 2020, tren pasar muslim terus meningkat. Mulai dari euforia di awal 2010-an seperti mulai maraknya hijab dan kesadaran terhadap produk-produk halal.
Kemudian diikuti oleh pendalaman pasar hingga mencari alternatif di sektor keuangan syariah. Dan pada 2020an kini terjadi halal boom dengan munculnya ide rantai pasok halal. Ini karena masyarakat ingin menjalankan gaya hidupnya secara sesuai agama.
"Maka dari itu kita sangat mementingkan customer experience, layanan disesuaikan dengan karakter pasar, misal yang tidak mau ribet maunya segala online," kata Purnomo.
Maka dari itu, rencana pengembangan Bank Muamalat ke depan adalah digitalisasi perbankan. Bank tidak akan lagi fokus pada peningkatan infrastruktur fisik seperti memperbanyak ATM dan cabang, melainkan mengembangkan teknologi digital agar dapat berkolaborasi sehingga memperluas akses nasabah.
Purnomo mengatakan digital banking adalah keniscayaan dan akan menjadi alat untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis. Bank Muamalat tidak akan berlomba untuk menggunakan teknologi paling canggih atau paling termutakhir, melainkan menyesuaikan dengan kebutuhan nasabah.