Senin 16 Aug 2021 17:20 WIB

Aturan Baru Nasdaq Soal Rekruitmen Pekerja Perusahaan Emiten

Saat ini ada sekitar 3.000 perusahaan yang terdaftar di Nasdaq.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Nasdaq
Nasdaq

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) yang merupakan regulator teratas salam melindungi investor, mempertahankan pasar sekuritas dan pembentukan modal yang adil, teratur dan efisien. SEC menyetujui proposal Nasdaq yang menjalankan pertukaran terutama perusahaan terkait teknologi dan pertumbuhan, tujuannya meningkatkan jumlah kelompok terlayani di dewan perusahaan Amerika Serikat (AS).

Perlu diketahui, Nasdaq mirip dengan New York Stock Exchange (NYSE). Perusahaan yang ingin go public akan memilih platform seperti Nasdaq atau NYSE, lalu saham mereka bisa dibeli, dijual, dan diperdagangkan. Pertukaran juga akan mengawasi dan mengatur kegiatan.

Kebijakan tersebut nantinya mengharuskan sekitar 3.000 perusahaan yang terdaftar di Nasdaq supaya mempekerjakan setidaknya satu wanita di dewan direksi mereka, bersama satu orang berbeda ras atau mengidentifikasi diri sebagai LGBTQ. Ini juga mengharuskan perusahaan yang terdaftar dalam mengungkapkan perincian demografis anggota dewan. 

Jika perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan ini, mereka akan diminta menjelaskan mengapa mereka tidak dapat melakukannya. Dalam tinjauan yang dilakukan oleh Nasdaq, ditemukan sekitar 75 persen dari perusahaan terdaftar mereka tidak memenuhi ambang batas baru ini.

CEO Nasdaq Adena Friedman menawarkan alasannya untuk kebijakan ini dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal. Friedman berkata, asal usul itu sebenarnya telah berlangsung selama bertahun-tahun. 

"Selain mengoperasikan pasar di sini di AS, kami juga memiliki dan mengoperasikan beberapa pasar di negara-negara Nordik di Eropa. Banyak negara di Eropa telah mengambil peran kepemimpinan dalam memiliki cara yang berbeda untuk menetapkan standar, khususnya seputar keragaman gender. Mereka cukup efektif dalam meningkatkan keragaman dewan perusahaan di negara-negara tersebut," ujar dia seperti dilansir Forbes, Senin (16/8).

Ia melanjutkan, semua pengalaman pada tahun ini akan meningkatkan kesadaran perusahaan di AS tentang manfaat keberagaman. "Kami benar-benar berpikir upaya di sini adalah salah satu langkah penting yang dapat dilakukan Nasdaq untuk membantu mendorong jarum," tuturnya.

Kepala SEC yang baru yaitu Gary Gensler mengatakan, aturan tersebut memungkinkan investor mendapatkan pemahaman lebih baik tentang pendekatan perusahaan yang terdaftar di Nasdaq terhadap keragaman dewan. "Hal itu sambil memastikan perusahaan memiliki fleksibilitas membuat keputusan yang terbaik untuk melayani pemegang saham mereka," kata dia.

Komisaris untuk SEC merupakan anggota Demokrat dan Republik. Dari dua komisaris SEC, satu dari Partai Republik memberikan suara menentang keputusan itu dan yang kedua hanya menawarkan beberapa dukungan. 

Komite Perbankan Senat Pat Toomey dari Partai Republik mengatakan, mendefinisikan keragaman berdasarkan ras, jenis kelamin, dan orientasi seksual, mandat Nasdaq pasti akan menekan perusahaan menundukkan faktor-faktor penting, seperti pengetahuan, pengalaman, dan keahlian saat memilih anggota dewan. Menjelang perubahan ini, ada dorongan terus-menerus oleh investor dan politisi guna memastikan dewan lebih mencerminkan publik Amerika. 

Alasan mereka yakni, dengan memiliki beragam orang, dewan akan mendapat manfaat dari perspektif yang berbeda. Sangat penting menghindari pemikiran kelompok dengan hanya memiliki tipe orang yang sama yang bertanggung jawab untuk mengawasi CEO dan aktivitas bisnis organisasi.

Menurut sebuah studi dari Alliance of Board Diversity dan firma konsultan Deloitte, sekitar 82,5 persen direktur di antara dewan perusahaan Fortune 500 berkulit putih pada Juni 2020. Ditemukan jumlah wanita naik hingga 26,5 persen perwakilan di dewan. 

Ada sejumlah besar direktur dewan hitam yang baru diangkat. Dari Juli 2020 hingga Mei 2021, sekitar 32 persen anggota dewan yang baru diangkat di S&P 500 merupakan orang kulit hitam, hal itu menurut analisis oleh ISS Corporate Solutions.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement