REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi berpeluang menguat pada perdagangan Rabu (7/11/2023). Pagi ini, IHSG mengalami tekanan meski sempat dibuka menguat ke level 6.887,02.
Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan tertekannya IHSG sejalan dengan pergerakan bursa saham di Asia. Namun, IHSG diperkirakan akan bergerak naik dengan support di level 6.700 dan resistance di level 6.950.
"Indeks saham di Asia pagi ini dibuka melemah menjelang rilis data Neraca Perdagangan China dan keputusan suku bunga kebijakan oleh bank sentral Australia (RBA)," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam ulasannya.
RBA diprediksi akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,35 persen. Hal tersebut lantaran ketahanan ekonomi mensyaratkan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut untuk mengendalikan tekanan inflasi.
Indeks saham utama di Wall Street semalam di tutup naik tipis. Reli DJIA dan S&P 500 pun berlanjut menjadi enam hari beruntun. Sedangkan reli Nasdaq telah berlangsung selama tujuh hari beruntun.
Pelaku pasar masih berharap bank sentral AS Federal Reserve bersiap mengakahiri siklus kenaikan suku bunganya. Optimisme tersebut muncul setelah data pertumbuhan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan upah di AS menunjukkan perlambatan.
Selain itu, investor menantikan arahan dari sejumlah pejabat tinggi Federal Reserve berkaitan dengan niat bank sentral. Beberapa pejabat tinggi Federal Reserve, termasuk ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan tampil di depan publik sepanjang minggu ini.
Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun naik sekitar 10 bps menjadi 4,66 persen. Di pasar komoditas, harga minyak mentah naik setelah Arab Saudi dan Rusia mempertegas komitmen menurunkan volume produksi.