REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan minyak nasional Arab Saudi, Saudi Aramco, bergabung dengan kelompok yang dipimpin ACWA Power untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya senilai hampir 1 miliar dolar AS. Hal ini merupakan upaya memperluas pasokan energi terbarukan yang dilakukan negara pengekspor minyak terbesar di dunia tersebut.
Aramco akan memiliki 30 persen saham di proyek surya Sudair, sementara ACWA dan mitranya Water & Electricity Holding Co masing-masing akan memiliki 35 persen. ACWA yang 50 persen dimiliki Arab Saudi telah mencapai kesepakatan keuangan dengan memberi pinjaman pada proyek 1.500 megawatt (Mw) tersebut.
Arab Saudi relatif terlambat untuk beralih dari bahan bakar fosil demi energi bersih. Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pabrik Sudair pada April dan akan menjadi yang terbesar di negara itu ketika mulai beroperasi.
"Pembangkit tersebut akan mulai memproduksi listrik pada paruh kedua tahun 2022," ujar Abdulaziz seperti dilansir dari Bloomberg pada Senin (16/8).
Kata Abdulaziz, Saudi Aramco ingin membelanjakan proyek energi terbarukan bersama investor berdaulat, Dana Investasi Publik, karena ekonomi global berusaha untuk beralih ke energi yang lebih hijau.
Chief Executive Officer Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan perusahaan sedang mempelajari produksi dan ekspor hidrogen bahkan ketika berinvestasi untuk memperluas kapasitas produksi dan penjualan minyak pada pekan lalu.
Amin menyebut bank-bank yang mendanai proyek ini termasuk Mizuho Financial Group, Riyad Bank, Korea Development Bank, Arab Petroleum Investments Corp., Al Rajhi Bank, dan Standard Chartered Plc sebagai pemberi pinjaman senior dan pengatur utama yang diamanatkan.
"Bank Al Bilad, Saudi British Bank dan SMBC International Plc akan menyediakan fasilitas jembatan ekuitas," kata Amin.