REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) tengah meningkatkan kapasitas dan keandalan operasi unit Residue Catalytic Cracking (RCC). Hal itu akan dapat menunjang optimasi produksi bahan bakar minyak (BBM) di Kilang Balongan.
Hal itu tentu akan melengkapi proyek peningkatan fleksibilitas Crude Distillate Upgrading (CDU) yang nantinya dapat memproses minyak mentah campuran berat (heavy mix crude) ataupun minyak mentah ringan (lighter crude oil).
"Kemajuan pembangunan fisik proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan telah terealisasi sebesar 23,50 persen pada Juli 2021. Dengan kemajuan signifikan ini, harapan kami target penyelesaian proyek pada Mei 2022 dapat tercapai," kata Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical Pertamina Ifki Sukarya, Kamis (12/8).
Ifki mengatakan, proyek RDMP Balongan bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas unit pengolahan dan meningkatkan kapasitas produksi Kilang Balongan dari semula 125 MBSD (juta barel per hari) menjadi 150 MBSD. Proyek ini juga akan menghasilkan nafta untuk proses lanjut dengan kapasitas produksi 11,6 MBSD, dari sebelumnya yang sebesar 5,29 MBSD.
"Revitalisasi RCC ditambah dengan peningkatan fleksibilitas CDU pada proyek RDMP Balongan tidak hanya akan berkontribusi pada peningkatan marjin bagi perusahaan, tetapi juga akan meningkatkan ketahanan energi nasional," kata Ifki.
Ifki menekankan, Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus merealisasikan target pengembangan kilang di seluruh Indonesia guna mewujudkan ketahanan energi nasional. RDMP Kilang Balongan merupakan salah satu proyek pengembangan yang terpenting dalam mengejawantahkan misi mulia tersebut.