REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna mengatakan, masih banyak ruang untuk eksplorasi dan optimalisasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
"Sebenarnya ruang untuk kita meningkatkannya sangat besar dari potensi yang ada," kata Andriah dalam Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan Indonesia di Jakarta, Rabu (28/7).
Target EBT dalam bauran energi nasional adalah 23 persen pada 2025. Sementara kontribusi EBT pada bauran energi nasional pada 2020 baru mencapai 11,2 persen. Andriah menuturkan dari total potensi energi baru terbarukan yang bisa dimanfaatkan, khusus untuk pembangkit listrik, sekitar 417,8 GW. Namun, hingga saat ini yang baru termanfaatkan masih di kisaran 10,5 GW atau hanya 2,5 persen dari potensi yang ada.
"Kita perlu upaya cukup besar untuk melipatgandakan upaya untuk mencapai target di 2025," ujarnya.
Potensi EBT yang besar menjadi modal ketahanan energi nasional. Akan tetapi, potensi EBT belum termanfaatkan secara maksimal.Potensi panas bumi sebesar 23,9 GW, namun yang termanfaatkan sebesar 2.130,7 MW. Potensi bioenergi sebesar 32,6 GW, tetapi yang termanfaatkan sebanyak 1.901,7 MW.
Potensi samudera sebanyak 17,9 GW, namun masih belum ada dimanfaatkan sama sekali. Sedangkan potensi bayu sebanyak 60,6 GW, namun yang dimanfaatkan hingga sekarang sebanyak 154,3 MW. Potensi hidro sebesar 75 GW, tetapi yang termanfaatkan sebanyak 6.142,7 MW. Potensi surya sebanyak 207,8 GW, namun total pemanfaatan hingga saat ini sebanyak 177,6 MWp.
"Pemanfaatannya masih sangat rendah untuk surya," ujar Andriah.
Dia menuturkan sejumlah strategi percepatan peningkatan pemanfaatan EBT antara lain pemerintah melakukan substitusi energi primer dengan tetap menggunakan eksisting teknologi seperti B30-B50, co-firing, pemanfaatan Refuse Derived Fuel (RDF). "Perlu kerja sama semua pihak sehingga substitusi energi bisa terlaksana," tuturnya.
Kemudian, dilakukan upaya konversi energi primer fosil untuk penggantian teknologi pembangkit listrik, misalnya pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) atau pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) digantikan dengan pembangkit listrik tenaga EBT.Strategi lain adalah penambahan kapasitas EBT, untuk memenuhi permintaan baru seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dan pemanfaatan EBT nonlistrik seperti bahan bakar nabati, biobriket, biogas, dan biomethane/bio-CNG.