REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memastikan saat ini tengah mengupayakan pemulihan kinerja perusahaan. Saat ini, Garuda Indonesia tengah dihadapkan dengan kondisi yang sulit setelah terimbas penurunan trafik penerbangan karena kondisi pandemi Covid-19.
"Saat ini kami jajaran manajemen Garuda berkeinginan untuk fokus dan memaksimalkan upaya dalam upaya pemulihan kinerja," kata Irfan, Kamis (3/6).
Irfan menambahkan, Garuda Indonesia juga akan memaksimalkan berbagai program strategis yang tengah dijalankan saat ini. Seperti diketahui, dengan adanya penurunan trafik penumpang, Garuda Indonesia mulai memaksimalkan penerbangan kargo dengan memunculkan rute baru.
Kondisi Garuda Indonesia saat ini juga memaksa perusahaan memilih opsi dengan menawarkan pensiun dini bagi karyawan. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan serikat pekerja Garuda Indonesia juga menyiapkan sejumlah opsi untuk menyelamatkan Garuda Indonesia.
Irfan juga menyampaikan apresiasi atas segala bentuk pendapat yang dikemukakan oleh pihak pihak terkait. Khususnya mengenai kondisi Garuda Indonesia melalui kanal yang beragam.
Dia menilai, pada era keterbukaan informasi seperti saat ini menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap individu untuk memiliki kebebasan berpendapat. Hanya saja, Irfan masih enggan untuk menanggapi hal tersebut.
"Saya juga meminta pemakluman rekan rekan media bilamana saya belum dapat menyampaikan tanggapan lebih lanjut atas opini yang mengemuka saat ini untuk juga tidak menciptakan polemik-polemik baru," ungkap Irfan.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pemerintah tidak hanya hanya menyiapkan empat opsi strategi dalam menyelamatkan Garuda. Erick mengatakan, manajemen Garuda saat ini juga terus melakukan negosiasi ulang dengan lessor.
"Ingat, ada dua kategori lessor, lessor yang sudah terbukti kerja sama dengan direksi Garuda yang melakukan tindak pidana korupsi, tapi ada juga lessor yang baik. Ketika kita lakukan kerja sama tanpa feedback, tapi itu pun dengan kondisi hari ini kemahalan, jadi kita negosiasi ulang," ungkap Erick.
Erick mengaku bersyukur dengan kondisi geografis Indonesia yang sangat menopang Garuda dalam kondisi saat ini. Erick mengatakan, Indonesia memiliki pasar domestik yang besar bagi industri penerbangan mengingat sebagai negara kepulauan.
Hal tersebut menurutnya berbeda dengan negara-negara lain, seperti Singapura dan UEA, yang amat bergantung pada pasar penerbangan internasional. "Alhamdulillah, Indonesia negara kepulauan, jadi tidak mungkin orang menuju satu pulau ke pulau lain pakai kereta. Opsinya cuma dua, kapal laut atau penerbangan," tutur Erick.
Oleh karena itu, Erick mengaku sudah meminta manajemen Garuda untuk memfokuskan diri pada pasar domestik ketimbang penerbangan internasional. Garuda, kata Erick, harus memperbaiki model bisnis ke depan pascapandemi.