REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut laju nilai tukar rupiah masih ada kecenderungan mengalami penguatan. Hal ini dipengaruhi salah satunya pemulihan ekonomi global dan domestik serta aktivitas perdagangan internasional.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penguatan nilai tukar rupiah juga didorong dari stance kebijakan moneter Amerika Serikat diperkirakan masih akomodatif untuk mendorong pemulihan ekonomi. Selain itu juga, reformasi sektor keuangan ke depan mendorong perbaikan pendalaman pasar keuangan.
"Range (nilai tukar rupiah) masih ada tren kecenderungan penguatan, meksipun terbatas. Ini karena pemilihan global dan domestik akan meningkatkan aktivitas perdahangangan. Saat ini ekspor tumbuh lebih tinggi dari impor, sehingga trade account kita positif dan CAD (current accound deficit) menurun atau menjadi surplus," ujarnya saat Rapat Paripurna DPR, Senin (31/5).
Dalam paparan yang disampaikan Sri Mulyani, berikut proyeksi nilai tukar rupiah 2021 - 2025 antara lain
- Pada 2021 nilai tukar rupiah diproyeksikan antara Rp 14.200 - Rp 14.800, dengan outlook Rp 14.450
- Pada 2022 nilai tukar rupiah diproyeksikan antara Rp 13.900 - Rp 15.000
- Pada 2023 nilai tukar rupiah diproyeksikan antara Rp 13.800 - Rp 15.000
- Pada 2024 nilai tukar rupiah diproyeksikan antara Rp 13.600 - Rp 15.000
- Pada 2025 nilai tukar rupiah diproyeksikan antara Rp 13.500 - Rp 15.000