REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk. optimistis akan melanjutkan pertumbuhan positif pada kuartal-kuartal selanjutnya di tahun 2021. Direktur Keuangan dan Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho menyampaikan BSI tetap menargetkan pertumbuhan double digit di kuartal II.
"Kita masih optimistis bisa melanjutkan pertumbuhan double digit baik secara yoy maupun ytd, untuk fullyear 9-10 persen masih masuk akal, terutama di kuartal II karena dampak Qanun Aceh," katanya dalam konferensi pers Paparan Kinerja BSI Kuartal I 2021, Kamis (6/5).
Cahyo menyampaikan pertumbuhan pada kuartal II masih akan didorong oleh segmen konsumer dan retail. Untuk wholesale kemungkinan masih akan flat seperti pada kuartal I 2021. Dampak Qanun Aceh juga akan terlihat lebih signifikan di kuartal II 2021 nanti.
Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbang besar dari sisi konsumer dan retail. Sehingga BSI akan memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi-potensi tersebut.
"Bangsa Indonesia ini memang kuat di pembiayaan konsumer dan ritel," katanya.
Dari sisi ini, BSI menyasar mitra guna melalui pembiayaan berbasis payroll karena pertumbuhan dan kualitasnya yang sudah sangat bagus. BSI akan optimalkan pembiayaan berbasis payroll ini untuk PNS/ASN, karyawan BUMN, dan karyawan swasta.
Selain itu, BSI juga akan fokus kembangkan segmen pembiayaan KPR melalui KPR Griya, terbaru akan menyasar milenial. Hery mengatakan belajar dari pengalaman, Griya juga memberikan pertumbuhan dan kualitas yang baik.
"Kemudian, uniknya syariah itu kita bisa melakukan bisnis gadai juga, dari emas ya dan ini juga cukup lumayan berkontribusi," katanya.
Berikutnya, BSI terus mempertahankan posisi pertumbuhan UMKM. Dengan masuk ke rantai ekosistem yang terhubung dengan segmen wholesale. Akan dipilih UMKM-UMKM yang merupakan pemenang di wilayah atau di daerah masing-masing sehingga punya kualitas terjaga.
BSI juga masih akan menyasar segmen mikro secara lebih selektif. Termasuk wholesale di sektor-sektor yang aman dan lebih banyak bekerja sama untuk underline pembiayaan yang mendapat jaminan dari pemerintah atau APBN.
"Itu kita masuk infrastruktur, jalan, dan tentunya masuk ke sektor industri yang memang secara pertumbuhannya masih positif seperti kesehatan, industri obat-obatan, elektronik, dan pendidikan," katanya.