Rabu 05 May 2021 09:46 WIB

BSN: Produk Lokal yang Kantongi Sertifikat SNI Masih Minim

BSN menilai sertifikat SNI sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengeluarkan spesifikasi masker kain ber-SNI yang terbagi menjadi tiga tipe berdasarkan penggunaannya, antara lain tipe A untuk penggunaan umum, tipe B untuk penggunaan filtrasi bakteri, dan tipe C untuk penggunaan filtrasi partikel. pemerintah provinsi Jawa Barat (Jabar) berupaya untuk terus mendorong pelaku usaha, termasuk UMKM menerapkan SNI dan mengantongi sertifikasinya. Ia menegaskan bahwa sertifikasi sangat penting untuk meningkatkan value dan daya saing produk.
Foto:

Pada kesempatan tersebut Zakiyah menyerahkan SPPT SNI 8914:2020 kepada pemilik UMKM Babyfynnsass, PT. Sansan Saudaratex Jaya dan PT. Tatuis Cahya Internasional. Ketiga penerima sertifikat SNI tersebut merupakan binaan Kantor Layanan Teknis Badan Standardisasi Nasional (KLT BSN) Jabar.

Jumlah produksi masker kain Babyfynnsass dari UMKM Babyfynsass Bandung sudah mencapai lebih dari 5 juta buah. UMKM ini memberdayakan 120 masyarakat yang terkena PHK akibat pandemi dari Bandung dan sekitarnya.

Masker kain yang diproduksi oleh PT Sansan Saudaratex Jaya Cimahi dikenal dengan merk JsM. Sementara yang diproduksi oleh PT Tatuis Cahya Internasional dikenal dengan merk Tatuis. 

"Keberhasilan ini patut diapresiasi mengingat upaya penerapan standar sampai mendapatkan sertifikat pastinya melalui proses yang tidak mudah, melalui tahapan pemahaman dan kesadaran, kebijakan pimpinan yang kuat, komitmen seluruh personel dari semua level, penyiapan sistem dan prosedur yang relevan sesuai dengan kebutuhan, serta implementasi standar yang konsisten," kata Zakiyah. 

Penerapan SNI 8914:2020, menurut Zakiyah sangat penting pada saat sekarang sebagai salah satu upaya pemerintah untuk pencegahan virus Corona penyebab Covid-19.  Sesuai SNI 8914:2020 persyaratan mutu masker yang terbuat dari kain tenun dan/atau kain rajut dari berbagai jenis serat, minimal terdiri dari dua lapis kain dan dapat dicuci beberapa kali (washable). 

Pemilihan bahan untuk masker kain juga perlu diperhatikan, karena filtrasi dan kemampuan bernafas bervariasi tergantung pada jenis bahan. Efisiensi filtrasi tergantung pada kerapatan kain, jenis serat dan anyaman. 

"Filtrasi pada masker dari kain berdasarkan penelitian adalah antara 0,7 persen sampai dengan 60 persen. Semakin banyak lapisan maka akan semakin tinggi efisiensi filtrasi," katanya.

SNI ini memang tidak berlaku untuk masker dari kain nonwoven (nirtenun) dan masker untuk bayi. Selain itu, standar ini tidak dimaksudkan untuk mengatasi semua masalah yang terkait dengan keselamatan, kesehatan dan kelestarian lingkungan dalam penggunaannya.

Zakiyah mengatakan, penerapan SNI masker kain diharapkan dapat mengurangi penyebaran virus Covid-19 jika diikuti dengan tindakan tetap mengikuti protokol kesehatan, yakni menjaga jarak dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir.

 

"Masker kain dapat berfungsi dengan efektif jika digunakan dengan benar, antara lain untuk mencegah percikan saluran nafas (droplet) mengenai orang lain," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement