REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku yakin target angka pertumbuhan ekonomi tahun 2021, yakni 4,5 persen sampai 5,5 persen, bisa dicapai. Optimisme ini muncul karena sejumlah paramater ekonomi nasional sudah menunjukkan adanya perbaikan, dibandingkan pada periode awal pandemi tahun lalu.
"Dan itu dimulai sangat tergantung sekali pada pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021. Artinya apa, April, Mei, Juni ini sangat-sangat menentukan," kata Jokowi dalam pengarahannya kepada kepala daerah seluruh Indonesia, Rabu (28/4) kemarin.
Optimisme capaian target pertumbuhan ekonomi tahun 2021 memang bukan tanpa syarat. Jokowi menyebutkan, demi mencapai pertumbuhan ekonomi di rentang 4,5-5,5 persen sepanjang 2021, maka pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 ini perlu tembus 7 persen. Jika target jangka pendek ini tercapai, maka pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 relatif pulih sepenuhnya.
"Kalau kita bisa menekan covid-nya, tanpa membuat guncangan di ekonomi inilah keberhasilan dan target kita kurleb 7 persen harus tercapai. Kalau itu bisa tercapai, Insya Allah kita pada kuartal berikutnya akan lebih memudahkan," kata presiden.
Dalam kesempatan yang sama, Jokowi juga menyebutkan bahwa perekonomian nasional segera pulih, menuju pada posisi normal seperti sebelum pandemi Covid-19 melanda. Pemulihan ekonomi, ujar dia, sejalan dengan penurunan laju penularan Covid-19 dan berkurangnya angka kasus positif harian yang sudah terjadi dalam dua bulan terakhir.
"Bulan Maret-April ini sudah kelihatan, ekonomi sudah hampir menuju pada posisi normal," ujar Jokowi.
Perbaikan kinerja ekonomi nasional juga bisa dilihat dari sejumlah parameter. Pertama, perbaikan indeks manajer pembelian (PMI/Purchasing Manager Index) yang saat ini sudah berada di posisi 53,2. Angka ini justru lebih baik ketimbang PMI pada periode sebelum pandemi, yakni 51.
"Sekarang justru sudah di atas kenormalan sebelum pandemi," ujar Jokowi.
Perbaikan ekonomi juga terlihat pada kenaikan konsumsi listrik baik di sektor industri, rumah tangga, hingga pemerintahan. Pemerintah mencatat, konsumsi listrik mengalami kenaikan 3,3 persen. Parameter lainnya, impor barang modal sudah naik 33,7 persen dibanding periode awal pandemi melanda.
"Kemudian indeks keyakinan konsumen juga naik yang sebelumnya 84,9-85,8 ini sudah 93. Ini juga patut kita syukuri, artinya kita harus optimis," kata presiden.
Selain itu, indeks penjualan ritel/riil (IPR) nasional sudah berada di level 182,3. Angka ini, ujar Jokowi, menunjukkan sudah ada kenaikan permintaan oleh masyarakat. Dengan begitu, aktivitas belanja meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.