REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Erich Thohir, mengatakan, penciptaan lapangan kerja dan memperkecil ketimpangan ekonomi harus menjadi kunci utama dalam setiap kegiatan MES. Erick mengatakan, ekonomi syariah bisa diandalkan dalam mengatasi persoalan ekonomi yang timbul akibat pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, kondisi pandemi membuat masyarakat terdisrupsi karena berbagai tantangan baru dan pola ekonomi yang berubah. Hal itu perlu langkah konkret agar peluang yang ada bisa dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi nasional.
"Saya yakin ini tidak mudah, tapi kalau ada niat Insya Allah akan terkabul. Ketimpangan ekonomi, lapangan pekerjaan, harus jadi kunci untuk MES," kata Erick di Jakarta, Sabtu (18/4).
Di sektor keuangan syariah, Indonesia saat ini sudah memiliki Bank Syariah Indonesia (BSI) yang merupakan gabungan dari bank-bank BUMN syariah. Itu bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan sistem syariah di Indonesia sehingga bisa mendapatkan hasil yang baik untuk masyarakat dan pengusaha.
Ia pun mendorong agar BSI bisa menurunkan biaya-biaya komponen yang saat ini masih lebih mahal dari bank konvensional. Hal itu agar keuangan syariah bisa lebih maju dengan sistem konvensional saat ini. Menurutnya, dengan sistem keuangan syariah yang lebih kompetitif, nantinya berdampak pula pada investasi-investasi baru sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
"Kita namakan investasi yang bersahabat untuk pengusaha daerah. Juga bagaimana agar ada pemberdayaan desa dan pesantren. Ini harus menjadi pergerakan yang mendasar," kata Erick.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina MES DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan, jika ingin ekonomi umat bangkit, harus ada satu kesepakatan yang dibangun oleh MES agar ekonomi syariah semakin bergerak.
"Kuncinya buat yang simple-simple saja. Contoh seperti gerakan Bangga Buatan Indonesia. Jadi harus ada semangat sehingga Islam rahmatan lil alamin dari segi ekonomi dan sosial," katanya.